Kamis, 12 November 2009

AHMAD MUHAMMAD JAMAL

Ahmad Muhammad Jamal lahir di Mekkah Al-Mukarramah, tahun 1343 H/1924 M. beliau seorang Da’I, Penulis dan Sastrawan.

Pendapat Ahmad Muhammad Jamal,
“generasi muda itu unsur terpenting yang akan memegang urusan masa depan. Karena itu, pertumbuhan mereka harus diperhatikan, diberi pengetahuan yang mereka butuhkan, dan Islam disampaikan kepada mereka dengan metode yang menyenangkan, menarik, dan bertahap. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam menyampaikan nasihat kepada para sahabat, secara bertahap dan berselang, untuk menghindari kejenuhan.

HAJI MUHAMMAD AMIN AL-HUSAINI

Muhammad Amin lahir di Al-Quds tahun 1893. Beliau adalah seorng Mufti Besar dan Mujahid Agung.
Komentar Muhammad Amin tentang keberadaan tentara yang dibentuknya,
“kader-kader ini akan menjadi teladan yang harus dicontoh pasukan di masa mendatang. Anggotanya terdiri dari putra Negara-negara besar Arab; Maroko, Tunisia, Mesir, Irak, Palestina, dan lain-lain. Pasukan ini harus menjadi sarana pembebasan unsure-unsur umat dan pelopor persatuan. Saat ini, umat kita disekat dengan batas wilayah sejak masa-masa kemunduran dan penjajahan, sehingga muncul perbedaan logat bahasa dan tradisi. Karena itu, harus ada upaya menyatukan kembali umat dan tsaqofahnya.”
“solusi masalah Palestina tidak terwujud dengan mengalah dan menelantarkan hak-hak rakyat Palestina, hingga memupuskan harapn bangsa Palestina untuk hidup mulia. Masalah Palestina tidak member tempat sedikitpun untuk kehidupan damai berdampingan dengan musuh. Sebab, kita tahu dengan yakin bahwa musuh tidak ingin hidup berdampigan dengan seorang pun. Mereka hanya ingin mengulur-ngulur waktu untuk menimpakan kerugian pada umat, keselamatan, masa depan generasi, dan merampas segala milik kita. Mereka meyakini Negara milik mereka secara keseluruhan, bahkan seluruh alam milik mereka. Keyakinan Yahudi seperti ini diketahui setiap orang yang mempelajari sejarah Yahudi, buku-buku, masa lalu, dan masa sekarang mereka. Mereka menipu kita untuk mencari saat yang tepat melaksanakan rencana-rencana busuk,”
“masalah Palestina hanya dipandang dari satu cara pandang. Yaitu, pandangan Yahudi dan Zionis dan mengabaikan pandangan-pandangan bangsa Arab…”
“hak bangsa Arab terhadap Palestina dimulai sejak ribuan tahun. Sedangkan Yahudi hanyalah kelompok zalim, sewenang-wenang dan perampas. Ditambah lagi ambisinya yang tidak hanya ingin menguasai Palestina, tetapi seluruh Negara Arab yang berdekatan dengannya, termasuk tempat-tempat suci kami. Pada kesempatan ini, saya ingin mengatakan kepada kalian, bahwa pemerintah Inggris adalah pemrakarsa perjanjian Bolfour, yang mengangkut dan melindungi imigran Yahudi ke Palestina, serta member perlindungan kepada pemimpin mereka sampai saat ini. Al-Quranul Karim yang kami imani, mendasari hidup dan mati kami itu mengutuk Yahudi, sebagaimana kutukan kitab Taurat dan Injil terhadap mereka. Kesewenanggg-wenangan mereka terhadap tanah suci, harus kami cegah dengan harta dan nyawa kami.
Dukungan kalian yang terang-terangan kepada musuh kamu dan sikap permusuhan kalian terhadap bangsa Arab, menjadikan kami ingin memutuskan hubungan dengan Negara kalian, membatalkan transaksi-transaksi perusahaan-perusahaan kalian di negeri kami, dan menghapus hak-hak istimewa yang kami berikan kepada perusahaan tersebut. Kami tidak tergesa-gesa melakukan tindakan seperti ini, karena mengharap Amerika mengevaluasi dirinya dan memperbaiki sikapnya terhadap masalah Palestina. Lalu, beralih dari mendukung kebatilan yang jelas menjadi memberi dukungan kepada kepentingan ekonomi kalian di negeri kami…”

MUHYIDDIN AL-QULAIBI

Muhyiddin Al-Qulaibi lahir di desa Qulaibiyah, Tunisia. Beliau adalah seorang Pemimpin dan Mujahid.

Pendapat Muhyiddin Al-Qulaibi,
“kita tidak menemui manusia dengan pakaian, tapi dengan jiwa kita. Laki-laki itu diukur dengan pengalamannya, bukan dnegan penampilannya.”
Muhyiddin Al-Qulaibi juga mengingatkan untuk tidak memperdulikan orang-orang yang enggan berjuang, atau para pengacau. Sebab, hakikat kehidupan itu pertarungan antara hak dan batil, antara kekafiran dengan keimanan. Tunggulah, pada akhirnya Islam pasti menang. Kaum Muslimin mengalami kekalahan jika meninggalkan manhaj Allah dan Rasul-Nya. Sunnatulah pasti terus berlaku dan tidak mengenal piih kasih. Siapa menanam, ia memetik hasilnya. Siapa bersungguh-sungguh, ia menemukan harapannya. Siapa yang berjalan, ia tiba di tempat tujuan.
Para pemuda harus selalu menyiapkan diri dan perbekalan. Musuh Allah tidak pernah berhenti memerangi Islam dan kaum muslimin, hingga kaum muslimin meninggalkan Islam dan mengikuti keinginan mereka.
“mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (Al-Baqarah : 217)
Waspadalah wahai pemuda Islam. Kalian harapan umat, maka jangan kecewakan harapan mereka. Jadilah tokoh masa depan yang cemerlang dan bekal umat dalam menghadapi ancaman.
“apa manfaat hidup dan kesehatanku, jika tidak kugunakan untuk memenuhi hak Allah dan melaksanakan kewajibanku? Saya hidup untuk beramal di jalan Allah. Karena itu, saya tidak akan meninggalkan amal demi hidup.”
“saya merasa ajalku telah dekat. Sementara ada beberapa hal yang ingin kukatakan dan lakukan buat kaum muslimin. Mungkin, tiada waktu yang cukup untuk menunggu. Karena itu, saya harus memaksa diriku, demi mewujudkan apa yang kuinginkan, sebelum ajalku datang. Saya tidak akan berhenti melayani aqidahku, karena mempertahankan tubuh yang akan binasa ini dan tidak akan mengutamakan keselamatanku daripada penunaian risalahku. Apabila saya terbunuh karenanya, saya ucapkan selamat datang kematian demi taat kepada Allah.”

MUHAMMAD MAHMUD AZ-ZUBAIRI

Muhammad Mahmud Az-Zubairi lahir tahun 1910, di desa Bustan As-Sulthan, Yaman. Beliau seorang penyair, panglima berpengalaman, mujahid tangguh, politikus piawai, intelek cerdik, dan mampu menganalisa peristiwa, paham kondisi dunia Islam dan masalah-masalah yang dihadapi kaum muslimin. Beliau mendapat gelar Bapak Orang-orang Merdeka dan Penyair Revolusioner.

Ungkapan Muhammad Mahmud Az-Zubairi,
“kesatuan barisan tanpa kesatuan tujuan adalah dongeng picisan dan bualan yang tidak mungkin terjadi di kenyataan, kecuali kesepakatan yang penuh kemunafikan dan saling menipu. Kami benci kezaliman di masa keimaman (kerajaan) dan kekeliruan pada masa Republik. Sebab, prinsipnya sama, meski orang, nama, dan bentuknya berbeda. Hukum Republik yang kami inginkan, adalah hukum Republik Islami yang didasari syura, sehingga putra bangsa terendah pun dapat mengingatkan presiden dan mengkritik menteri, tanpa takut ditangkap, takut ada bom dirumahnya, atau dipecat dari jabatannya. Inilah kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya”.

Syair-syair beliau,
“inilah ruh dan pasukannya
Orang yang hendak berbuat jahat, harus waspada
Ia tidur seperti orang mati, hingga disangka mati
Tidur dan diamnya membuat mereka berbangga
Tiba-tiba muncul orang kuat dan pemberani
Menghadapi kehidupan dengan semangat baru
Kita tidak akan menukar tanah air dengan harta
Sebab tanah ini milik para syuhadanya
Palestina tanah air yang sangat berharga
Benarkah eksistensinya telah sirna?
Bumi Kasymir dan tanah yang ada padanya
Tanah suci yang menyimpan nenek moyangnya
Wahai generasi Islam, sejarah kalian sangat agung
Adakah dari kalian yang mampu mengembalikannya
Kalian yang berasal dari ujung Barat hingga ujung Timur
Yang selalu berkibar benderanya
Adalah satu alam, meski terlihat dalam dugaan
Seribu bangsa yang memiliki batas-batasnya
Alam Islam yang kokoh dan perkasa
Tak mungkin dapat dihindukan dan diyahudikan
Akan tetap menjadi fenomena yang memenuhi bumi
Musuh-musuh dan para pendekinya akan binasa”

“wahai pena,
Kemuliaanmu telah dicatat sejarah
Sekarang, engkau membangkitkan generasi dan umat
Di sini, ada beberapa hati merdeka yang bersatu
Di sini, ada kasih saying, kedekatan, dan kelembutan
Di sini, ada syariat yang memancarkan cahaya
Di sini, ada keadilan, akhlak, dan nilai-nilai mulia
Di sini, ada gunung berapi yang berontak dari tidurnya
Menerjang kezaliman dan melumat kesewenangan
Bangsa yang melepaskan rantai belenggu
Bangsa merdeka yang membuat kezaliman lari
Penjara tak melemahkannya, bahkan ia menghancurkannya
Agar tiada lagi kaki yang dimasukkan ke dalamnya
Lama ia disiksa, namun tetap sabar
Kezaliman semakin keras, tapi ia tetap bijaksana
Belenggu yang mengikat kaki ini
Menjadi panah yang membalas para durjana
Ratapan yang sering kita ucapkan secara lirih
Akan menjadi teriakan yang didengar berbagai umat
Kebenaran bermula dari keluhan orang pesakitan
Dan, berakhir dengan gelegar yang berisi pembalasan
Dermakan dirimu untuk kebenaran dan bersatulah
Percayalah kepada Allah dan berpegang teguhlah”

“kami keluar dari penjara dengan bangga
Seperti serigala keluar dari rimbanya
Kami melintasi ujung pedang
Dan, mendatangi kematian dari pintunya
Enggan kehidupan bila telah dikotori
Kelaliman dan ancaman para thagut
Berbagai peristiwa besar kami anggap enteng
Apabila bebannya menghalangi langkah kami
Kami tahu takdir pasti terjadi
Berbagai hal akan terjadi dengan sebabnya
Bila kami temui, maka sungguh indah
Kematian datang pada para pelamarnya”

“apabila darah yang mengalir di atasnya hina
Maka tak ada keadilan dalam hukum kita
Tidaklah patut orang yang teramat kejam menzalimi
Kita temui dengan senyum indah
Kita melihat kegilaannya melukai umat
Tetapi sekarang kita datang padanya untuk berdebat
Wahai seluruh pemimpin Arab dan Islam
Bangkitlah!!!
Sungguh, sudah terlalu lama tidurmu”

“alangkah besar
Bahaya yang mengiringi hari-hari Qahthan
Kalimat-kalimat mereka mengandung kepedihan
Melahirkan kebodohan, penyakit, kezaliman yang ganas
Menimbulkan ketakutan, kelaparan, dan
imam sebagian manusia terbelenggu
terikat kakinya, dan
sebagian lagi terkekang lidahnya”

“keprihatinan bangsa menyakiti ruhku
Membawanya jauh diatas yang aku cari
Berjuta-juta yang terbunuh memberikan hak kepadaku
Untuk mengqishash para algojo
Aku perangi kezaliman, meski kelihatan gemerlap dan apa pun namanya
Kening Jenghis Khan kuhajar dengan cambuk,
Dan daging kekejaman kupanggang dengan besi panas
Tiada beda orang yang berlaku zalim atas nama (London) yang berlaku lalim
Hajjaj yang mengatasnamakan rakyat, kuhajar
Leher (Jonbull) yang mengatasnamakan bangsa kupatahkan.

MUHAMMAD KAMALUDDIN AS-SANANIRI

Muhammad Kamaluddin As-Sananiri lahir di Kairo tanggal 11 Maret 1918. Beliau seorang Da’I dan Mujahid.
Muhammad Kamaluddin As-Sananiri menghapal dan mengulang-ngulang ungkapan seorang guru kepada muridnya, “Ketidaktahuan rakyat pada hakekat Islam akan menjadi kendala bagi kalian. Ulama resmi yang menjilat pada penguasa akan memusuhi kalian. Setiap pemerintah akan berusaha membatasi aktivitas kalian dan memasang gangguan di jalan yang kalian tempuh. Mereka akan meminta bantuan dengan menjilat orang-orang yang berjiwa lemah dan berhati sakit. Sebaliknya, akan berlaku kasar dan beringas kepada kalian. Karena itu, kalian akan dipenjara, disiksa, diusir, rumah-rumah kalian digeledah, harta kalian dirampas, dan tuduhan keji dilontarkan pada kalian, dengan harapan wibawa kalian hilang. Mungkin, ujian seperti ini berlangsung lama. Sadarilah, saat itulah kalian baru mulai menapaki jalan yang telah ditempuh para mujahid…

Senin, 09 November 2009

BASYIR AL-IBRAHIMI

Bashir Al-Ibrahimi adalah seorang syaikh, mujahid, ulama, dai bijak, dan guru besar, lahir hari kamis, 13 Syawal 1306 H. di Shatif.

Perkataan Basyir Al-Ibrahimi,
“Kejantanan punya pajak dan tanggung jawab. Sebab orang-orang ksatria bagaikan puncak yang tinggi menjulang dan menara kokoh, tokoh-tokoh dakwah yang menuntun umat kepada kemenangan.”

Syair Basir Al-Ibrahimi,
“kami tidak ridha pada imam kami dalam (shaf) barisan apabila ia tidak berada di depan kami dalam barisan.” Maksudnya, kami tidak ridha diimami seseorang dalam shalat, kecuali oleh orang yang memimpin kami dalam jihad.

Pendapat Basyir Al-Ibrahimi,
“Tarbiyah adalah landasan proses perubahan jiwa dan masyarakat. Tarbiyah cara paling efektif untuk menghadapi penjajah kuno maupun modern. Penjajahan melakukan penghancuran sementara tarbiyah membangun. Penjajah mencabut tanaman sedangkan tarbiyah menanam.”
“Perubahan itu dimulai dari dalam, yaitu dengan membangun kembali eksistensi jiwa, pemikiran, dan emosi manusia diatas landasan aqidah yang benar, iman yang mendalam, dan pemikiran cemerlang.
“Pemuda darah baru yang mengalir di kehidupan umat. Karena itu, darah ini harus dipelihara dari pencemaran, selalu bersih, terhiasi oleh kebaikan dan keutamaan.”
“Para perintis tidak dapat mewujudkan harapan umat, kecuali jika menghabiskan waktu untuk belajar dalam rangka terjun ke medan amal. Kemudian, menyempurnakan perangkat-perangkat kebangkitan, melengkapi senjata, memegang tampuk kepemimpinan yang dibimbing ilmu, mengelola urusan berdasarkan kepahaman, dan bergerak mengentaskan umat dari kebodohan menuju pengetahuan, dari kemiskinan menuju kaya, dari kelemahan menuju kekuatan, dan dari perbudakan menuju kemerdekaan. Juga berusaha keras membebaskan medan kebenaran dari sisa-sisa pembohong, medan politik dari para calo dan makelar, dan ranah kepemimpinan dari para pesulap dan orang-orang buta huruf.

MUHAMMAD ALLAH AL-FASI

Muhammad Allah Al-Fasi adalah seorang Pemimpin Besar yang lahir di kota Fas, Maroko tahun 1908.

Ungkapan-ungkapan Muhammad Allah Al-Fasi,
“Kekuatan dapat melukai jasad muslim, merampas harta dan kehidupannya, atau mengusirnya dari tanah air dan keluarganya. Tapi, kekuatan tidak mampu merampas keimanannya, menghilangkan kebanggaan pada keislaman dirinya, atau menghapus aqidahnya.”
“Umat Islam sangat perlu kembali kepada agama mereka secara murni, seperti awal dan memerdekakan diri dari keterbelakangan yang diciptakan penjajah asing. Penjajah yang mengangkangi negeri harus dilawan hingga mereka tidak dapat memahami atau membuat estimasi, kecuali dengan tolok ukur penjajah.”

Syair Muhammad Allah Al-Fasi,
“wahai umat yang menjadikan Al-Qur’an sebagai undang-undang
Pemimpinnya Nabi yang telah diutus
Kembalilah kepada agama yang hanif, dalam hal aqidah
Syari’ah, akhlak, dan cara berpikir
Tiada kebaikan yang dapat diambil dari selain Qur’an
Tiada manhaj yang teruji selain Islam
Palestina yang terluka telah tertawan
Di tangan kaum yahudi hina
Al-Quds yang menjadi kiblat pertama ternoda
Musuh Muhammad akan mendirikan Haikal di atasnya
Kembalilah kepada Islam
Urusan kalian pasti membaik
Kalian mendapat kemenangan gemilang di dunia.”

“sampai kapan bahasa Al-Qur’an ditindas?
Pagarnya dirusak keluarga dan anak
Apa tak tahu, ia bekal mereka selamanya?
Tiada keselamatan di dunia, selain bersamanya
Mereka tidak eksis di tengah manusia
Atau mendapat apa yang mereka cari dalam hidup
Bila pembangkangan tak diubah dengan pengetahuan
Atau keyakinan tidak dibersihkan dari pembangkangan
Aqidah tidak sempurna di Negara
Apabila tidak didukung lisan bangsanya”

MUHAMMAD ABDUL HAMID AHMAD

Muhammad Abdul Hamid Ahmad lahir di Buhairoh, Syibrahit, tanggal 23 September 1911. Dikenal sebagai Bapak Mahasiswa.

Pendapat Muhammad Abdul Hamid Ahmad,
“Aktivis dakwah yang benar ialah aktivis yang bergerak bersama ajaran Islam yang berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tidak tunduk pada bujukan syaitan dan syahwat penguasa, tapi istiqomah meniti jalan lurus yang mengantar kepada keridhaan Allah Ta’ala. Orang beriman kepada Allah Ta’ala sangat banyak. Tapi, hanya sedikit dari mereka yang memenuhi janjinya kepada Allah Ta’ala. Diantara mereka ada yang menemui Allah dan sebagian lain siap menunggu. Mereka tidak mengubah keyakinannya sedikit pun.
Terlambatnya karunia Allah Ta’ala yang diminta secara terus menerus tidak boleh membuatmu berputus asa. Sebab, Allah Ta’ala menjamin memberimu dengan pilihan-Nya, bukan berdasarkan pilihanmu, dan pada waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang kamu kehendaki. Dia Dzat yang sangat berkuasa melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah Ta’ala bersamamu, maka apa yang akan membahayakanmu? Apabila Allah Ta’ala memusuhimu, maka siapa yang akan menolongmu?”.

DR. MUHAMMAD NATSIR

Muhammad Natsir adalah sosok pemimpin dan mujahid, ulama piawai, dai ternama, politikus cekatan, dan pendidik utama. Ia lahir tanggal 16 Juli 1908, di Maninjau, Sumatera Barat, Indonesia.

Ungkapan-ungkapan Muhammad Natsir,
“Islam tidak terbatas pada aktivitas ritual muslim yang sempit, tapi pedoman hidup bagi individu, masyarakat, dan Negara. Islam menentang kesewenang-wenangan manusia terhadap saudaranya. Karena itu, kaum muslimin harus berjihad untuk mendapatkan kemerdekaan. Kaum muslimin harus mengokohkan jihad untuk memperoleh kemerdekaan, sesuai dengan nilai-nilai yang diserukan Islam. Mereka juga harus serius membentuk kader dari kalangan pemuda muslim yang terpelajar”.
“saya tidak takut masa depan, karena tidak ada bahaya. Masa depan milik umat Islam, jika mereka tetap istiqomah; baik secara pribadi atau kolektif”.

SYAIKH UMAR TILMISANI

Syaikh Umar Tilmisani adalah sosok da’I dan murabi. Ia lahir di kota Kairo, tahun 1322 H/1904 M. Syaikh Umar Tilmisani pengacara pertama yang bergabung dengan Ikhwan, mewakafkan pemikiran, dan potensi untuk membelanya.

Komitmen diri Syaikh Umar Tilmisani,
“Kekerasan dan ambisi untuk mengalahkan orang lain tidak pernah menemukan jalan untuk masuk ke dalam akhlakku. Karena itu, saya tidak bermusuhan dengan siapa pun, kecuali dalam rangka membela kebenaran, atau mengajak menerapkan kitab Allah Ta’ala. Kalau pun ada permusuhan, maka itu berasal dari pihak mereka, bukan diriku. Saya menyumpah diriku untuk tidak menyakiti seseorang pun dengan kata-kata kasar, meski saya tidak setuju dengan kebijakannya, atau bahkan ia menyakitiku. Karena itu, tidak pernah terjadi permusuhan antara diriku dengan seseorang karena masalah pribadi”.
“Tabiat yang membesarkanku membuatku benci kekerasan, apa pun bentuknya. Ini bukan hanya sekedar sikap politik, tapi sikap pribadi yang terkait langsung dengan struktur keberadaanku. Bahkan, andai dizalimi, saya tidak akan menggunakan kekerasan. Mungkin, saya menggunakan kekuatan untuk mengadakan perubahan, tapi tidak untuk kekerasan”.

Nasihat-nasihat Syaikh Umar Tilmisani,
“Tantangan yang menghadang dai saat ini, sangat berat dan sulit. Kekuatan materi berada di tangan musuh-musuh Islam yang bersatu untuk memerangi umat Islam, meskipun mereka memiliki kepentingan berbeda. Menurut perhitungan manusia, pasukan Thalut yang beriman tidak mampu melawan Jalut dan tentaranya. Tapi, ketika pasukan kaum mukmin yakin kemenangan itu datang dari Allah Ta’ala, bukan hanya bergantung pada jumlah personil dan kelengkapan persenjataan, maka mereka dapat mengalahkan pasukan Jalut dengan seizing Allah Ta’ala. Saya tidak meremehkan kekuatan personil. Juga tidak meminta dai selalu bungkam, berdikir dengan menggerakan leher ke kanan dan ke kiri, memukul telapak tangan, dan berpangku tangan. Sebab, itu semua bencana yang membahayakan dan mematikan.
Sesungguhnya, yang saya inginkan ialah berpegang teguh dengan wahyu Allah Ta’ala, berjihad dengan kalimat yang benar, tidak menghiraukan gangguan, menjadikan diri sebagai teladan dalam kepahlawanan, bersikap ksatria, tegar dan yakin bahwa Allah Ta’ala pasti menguji hamba-hamba-Nya dengan rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, agar dapat diketahui siapa yang tulus dan siapa yang munafik. Aspek-aspek inilah yang merupakan faktor-faktor penyebab kemenangan. Kisah-kisah Al-Qur’an ialah argumen paling baik dalam masalah ini.
Semangat pemuda yang diiringi pemahaman mendalam tidak memerlukan banyak eksperimen. Tapi, sangat membutuhkan kesabaran, kekuatan komitmen pada aturan-aturan Al-Qur’anul Karim, dan telaah sirah generasi pendahulu yang telah menerapkannya di setiap aktivitas mereka. Itu penting, agar Allah ta’ala mengaruniakan kemenangan, kemuliaan, dan kekuasaan yang hampir dianggap mustahil”.

Selasa, 20 Oktober 2009

Bai'at

JUDUL BUKU : MEMBINA ANGKATAN MUJAHID
PENULIS : SA’ID HAWWA
PENERBIT : ERA INTERMEDIA
TAHUN : 2009
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, Rasulullah saw. Bersabda kepada Hudzaifah,
“Hendaklah kamu komitmen bersama jamaah kaum muslimin dan imamnya.”
Salah satu prinsip dasar yang tidak boleh diabaikan oleh seorang muslim adalah bahwa umat Islam harus mempunyai jamaah dan imam. Kewajiban utama setiap muslim ialah memberikan kesetiaannya kepada jamaah dan imamnya.
Memang, suatu jamaah baru bisa dikatakan sebagai jamaah islamiyah apabila ia telah memenuhi beberapa syarat, meliputi kepahaman dan kesadaran terhadap jamaah itu, serta kesucian pemimpinnya. Jamaatul muslimin adalah jamaah yang memahami Islam dengan baik dan komitmen penuh kepadanya dengan mengikuti cara-cara yang telah dilakukan Rasulullah saw dan para sahabatnya. Ini merupakan sifat yang senantiasa harus melekat ditubuh umat Islam, demikianlah teks-teks syariat menegaskan. Oleh karena itu, jamaatul muslimin pada hakikatnya merupakan mata rantai sejarah umat Islam sepanjang zaman yang menghubungkan perjalanan aqidah, syariah, maupun system hidup seluruhnya.
Oleh karena itu telah menjadi kewajiban umat Islam untuk tidak memberikan ketaatan kepada selain jamaatul muslimin, maka mereka harus berkiblat pada jamaah yang telah mewakili wujud jamaatul muslimin. Hal itu agar kesetiaan orang muslim tidak tersia-sia, atau –karena sebab-sebab tertentu- diberikan kepada selain orang-orang Islam yang memiliki komitmen.
Oleh karena menegakkan hukum Islam merupakan kewajiban bagi setiap muslim, maka hal itu menuntut adanya sebuah jamaah yang bekerja untuk memperjuangkannya. Karena hukum Islam tidak akan terlaksana kecuali dengan adanya jamaah.
Bersamaan dengan itu, harus ada suatu aksi. Aksi yang dapat mengubah pribadi seorang muslim: dari tanpa tanggungjawab menuju setia padanya; dari ketidakacuhan kepada Islam menjadi setia kepadanya; dari kebodohan terhadap Islam menjadi paham tentangnya; dari lalai menjadi ingat dan sadar. Aksi yang beragam ini menuntut terwujudnya jamaah islamiyah.
Titik tolak untuk mewujudkan shaf yang mampu mencapai tujuan adalah dengan tersedianya individu yang mengetahui tujuan sekaligus cara-cara mencapainya secara jelas, juga kemampuan menyesuaikan diri dengan shaf.
Dahulu Rasulullah saw mengambil berbagi model bai’at dari para sahabatnya. Ada bai’at masuk Islam yang mengharuskan seseorang untuk tunduk kepada berbagi hukum Islam, ada lagi bai’at lain yang diambil dari para sahabatnya seperti bai’at di hari Aqobah. Ketika itu beliau mengambil bai’at dari kaum Anshar dalam rangka melingdunginya, sebagaimana mereka melindungi para istrinya. Di hari Bai’atur Ridwan para sahabat memberikan bai’atnya untuk tidak lari dari medan pertempuran.
Setelah masa Rasulullah saw, muncullah bai’at yang diberikan kepada Amirul Mukminin untuk mendengar dan taat dan bai’at kepada syaikh untuk betaqwa. Pada ujungnya, bai’at bentuk ini banyak dilakukan oleh kaum sufi, bahkan menjadi cirri khasnya.


Penjelasan tentang batasan-batasan bai’at yang dibutuhkan dewasa ini adalah :
1) Bai’at untuk memahami Islam secara benar. tanpa pemahaman yang benar ini, aktivitas untuk atau dengan nama Islam tidak akan pernah terjadi. Tanpa pemahaman, langkah bersama menuju Islam tidak bisa diwujudkan. Jika pun bisa, maka ia hanya berada pada ruang lingkup yang sempit dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masa kini maupun masa mendatang.
2) Bai’at untuk berikhlas. Tanpa keikhlasan, amal apa pun tidak akan diterima oleh Allah, tidak juga dapat bergerak di medan dakwah secara benar. setelah itu, shaf pun akan terlibas tanpa bekas.
3) Bai’at untuk beraktivitas, yang telah digariskan awal langkahnya dan telah jelas tujuannya; yang memulai dari diri sendiri dan berakhir dengan penguasaan Islam atas dunia seluruhnya. Ini merupakan kewajiban yang tidak seorang muslim pun terlepas darinya.
4) Bai’at untuk melakukan jihad, yang banyak orang Islam lupa bahwa ia adalah neraca untuk menimbang iman.
5) Bai’at untuk berkorban denga segala yang dimiliki, demi meraih tujuan suci dan surga Allah.
6) Bai’at untuk taat sesuai dengan tingkatan kemampuannya.
7) Bai’at untuk tegar menghadapi segala kondisi di setiap waktu.
8) Bai’at untuk memberikan loyalitas total bagi dakwah ini dengan melepaskan diri dari keterikatan kepada selainnya.
9) Bai’at untuk berukhuwah sebagai titik tolak.
10) Bai’at untuk tsiqoh (memberikan kepercayaan) kepada pemimpin dan shafnya.

Demikianlah, bai’at memiliki sepuluh rukun. Jika terjadi pelanggaran pada salah satu dari rukun ini, maka titik tolaknya telah keliru dan bangunan dakwah tidak akan pernah selesai secara utuh. Jika itu yang terjadi, maka seorang akh mungkin akan kebobolan melalui rukun yang cacat ini dan pada gilirannya jamaah pun akan kebobolan melalui akh ini.
Oleh karena itu, pematrian tiap-tiap rukun –yang sepuluh- ini dalam diri setiap akh merupakan satu-satunya syarat yang menjamin awal langkah dan kesinambungannya.
Sungguh, Islam tidak akan bangkit tanpa kelompok semacam ini. Kelompok semacam ini tidak akan mampu melaksanakan syarat-syarat kebangkitan kecuali jika mereka memiliki komitmen penuh dengan risalah ini, yakni komitmen terhadap rukun-rukun bai’at dan menunaikan kewajiban-kewajibannya.

Perenungan

Saat ini, seluruh dunia menyaksikan kegagalan kapitalisme. Selama hampir dua abad dipraktikkan dan mendominasi seluruh dunia, kapitalisme tidak menghasilkan manfaat apa pun selain menghasilkan kemiskinan, peperangan, ancaman dan terror, penjajahan, kezhaliman, kerusakan dan penghancuran, terhadap aspek kemanusiaan, sumber alam, harta dan kekayaan milik umat, martabat dan etika, bahkan terhadap seluruh sendi kehidupan umat manusia. Selama itu kapitalisme telah berlindung di balik topeng manis yang sengaja dibuatnya, seperti Demokrasi, HAM, bantuan ekonomi dan pembangunan, keterbukaan, perdamaian dunia, toleransi, dan berbagai slogan manis lainnya. Padahal, kenyataannya, justru merekalah yang menjadi perusak dan penghancur simbo-simbol manis yang mereka jual kepada negeri-negeri Muslim dan negeri-negeri miskin.
Tidakkah Anda –wahai kaum Muslim- memperhatikan sejarah negeri Anda sendiri, bagaimana dulunya tersuruk dalam kegelapan ajaran paganisme dan animisme, terpecahbelah dalam ratusan suku, lalu muncul Islam, berkembang, dan menjadikan kaum Muslim dan masyarakat yang hidup di dalamnya berada dalam kemakmuran dan keadilan dibawah rahmat dan berkah dari Allah SWT selama ratusan tahun. Itu adalah masa kejayaan Nusantara, dimana kesultanan-kesultanan Islam yang ada di dalamnya terikat menjadi bagian dari Khilafah Islam, yang menerapkan aturan yang satu, yaitu syariat Islam.
Untuk mencegah persatuan kaum Muslim di seluruh dunia –yang ditakuti oleh para penjajah-, mereka menyusupkan paham nasionalisme, yang sejatinya bertentangan dengan ajaran Islam. Tidak heran jika diantara kaum Muslim lalu muncul permusuhan, peperangan, dan saling menghancurkan satu dengan yang lain. Indonesia pernah berkonfrontasi dengan Malaysia, Yaman Selatan dengan Yaman Utara pernah berperang, begitu juga antara Irak dengan Iran, Chad dengan Sudan; padahal mereka adalah kaum Muslim yang satu, negeri-negeri mereka adalah negeri Islam. Nasionalisme telah mengalahkan ukhuwah dan persatuan kaum Muslim. Islam sudah diletakkan di barisan terakhir. Penjajah telah berhasil mendidik intelektual-intelektual muda pribumi yang juga Muslim dengan pendidikan Barat, yang menjauhkan ajaran Islam, dan memformat ulang cara berpikir mereka agar sesuai dengan cara berpikir para penjajah.
Tidakkah Anda –wahai kaum Muslim- memperhatikan sejarah negeri Anda diwarnai tanda-tanda seperti itu? Dan apa yang terjadi di negeri Anda juga sebenarnya terjadi pula di negeri-negeri Islam lainnya? Maka tidakkah Anda mengambil pelajaran dari perjalanan sejarah yang pernah dilalui negeri ini?
Karena itu, apakah negeri kita akan menuju bibir jurang, lalu terperosok ke lubang kehinaan, penderitaan, kemiskinan, kekacauan, perpecahan, peperangan, dan kehancuran; ataukah akan meraih kesadaran, kebangkitan, keberkahan, keadilan, ketentraman, kemakmuran, kesejahteraan, dan keagungan? Itu semua ditentukan oleh Anda –wahai kaum Muslim-, apakah Anda ingin negeri Anda bangkit dengan Islam, agama Anda yang telah dipilih oleh Allah SWT dan diberi jaminan oleh Rasulullah SAW kebenarannya, keagungannya, dan kesempurnaan (syariat)-nya; ataukah Anda akan tetap mengusung Demokrasi, Liberalisme, Sekulerisme, Kapitalisme, HAM, yang selama ini dijajakan oleh para penjajah modern, yang tidak pernah menghendaki kebaikan sedikitpun kepada Anda dan negeri Anda?!
Keputusan apapun yang Anda pilih, akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT.
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (QS. Al-anfal [8]: 24)

Sejarah Nusantara

JUDUL BUKU : KHILAFAH DAN JEJAK ISLAM KESULTANAN ISLAM NUSANTARA
PENULIS : ANONIM
PENERBIT : PUSTA THARIQUL IZZAH
TAHUN : 2009

Islam masuk ke Indonesia sudah sejak abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Dimana daerah pertama yang didatangi oleh Islam adalah pesisir Utara Sumatera, dan setelah berkembangnya para pemeluk Islam, maka kerajaan Islam yang pertama di Indonesia ialah Kesultanan Perlak, tahun 840 M.
Perkembangan agama Islam bertambah pesat pada masa Kesultanan Samudera Pasai, sehingga menjadi pusat kajian agama Islam di Asia Tenggara. Saat itu dalam pengembangan pendidikan Islam mendapatkan dukungan dari pimpinan kerajaan, sultan, uleebalang, panglima sagi, dan lain-lain. Setelah Kesultanan Perlak, berturut-turut muncul Kesultanan Islam Samudera Pasai (1042 M), Kesultanan Islam Aceh (1025 M), Kesultanan Islam Benua Tamiah (1184 M), Kesultanan Islam Darussalam (1511 M).
Ukhuwah yang terjalin erat antara Aceh dan ke-Khilafahan Islam itu pula yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Makkah. Puncak hubungan baik antara Aceh dan pemerintahn Islam terjadi pada masa ke-Khilafahan Turki Utsmani, tidak saja dalam hubungan dagang dan keagamaan, tapi juga hubungan politik dan militer telah dibangun pada masa ini.
Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa sebelum tahun 1416 M Islam sudah masuk di Pulau Jawa. Penyiaran Islam pertama di tanah Jawa dilakukan oleh Wali Songo (Wali Sembilan). Peranan Wali Songo dalam perjalanan kerajaan Islam di Jawa tidak bisa dipisahkan. Jika boleh disebut, merekalah yang menyiapkan pondasi-pondasi kuat, dimana akan dibangun pemerintahan Islam yang berbentuk kesultanan. Kesultanan Islam di tanah Jawa yang paling terkenal adalah Kesultanan Demak. Namun, keberadaan Kesultanan Giri juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah kekuasaan Islam di tanah Jawa. Yang terkenal sebagai orang yang mula-mula memasukkan Islam ke Jawa ialah Maulana Malik Ibrahim, yang meninggal tahun 1419 M. ketika Portugis mendaratkan kakinya di pelabuhan Sunda Kelapa tahun 1526 M, Islam sudah berpengaruh di sini yang dipimpin oleh Falatehan. Putera Falatehan, Hasanuddin, pada tahun 1552 M oleh ayahnya diserahi memimpin Banten.
Di bawah pemerintahannya agama Islam terus berkembang. Dari Banten menjalar ke Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu. Pada pertengahan abad ke-16 penduduk Minangkabau memeluk Islam, begitu juga di Gayo Sumatera Utara. Ketika Sultan Malaka terakhir diusir oleh Portugis, ia menetap di Pulau Bintan, yang kala itu sudah menjadi negeri Islam (1511 M).
Pada tahun 1514 M, sebagian penduduk Brunai di Kalimantan sudah memeluk agama Islam. Bahkan pada tahun 1541 M, raja Brunai sendiri masuk Islam. Di Kalimantan Barat, Sambar, yang menjadi bawahan negeri Johor, penduduknya sudah masuk Islam pada pertengahan abad ke-16. Di bagian Selatan Kalimantan yang tadinya merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit, setelah Majapahit ditaklukkan oleh kerajaan Islam Demak. Masuknya Islam di Banjarmasin sekitar tahun 1550 M, dan pada tahun 1620 M di Kotawaringin telah terdapat seorang raja yang memeluk agama Islam.
Pada tahun 1600 M, Kerajaan Pasir dan Kutai telah menjadi daerah Islam. Seabad kemudian menyusul kerajaan Berau dan Bulungan. Di Sulawesi, Raja Gowa tahun 1630 M masuk Islam. Selanjutnya Raja Gowa meng-Islamkan daerah-daerah di sekitarnya seperti Bone (1606 M), Soppeng (1609 M), Bima (1626 M), Sumbawa (1626 M) juga Luwu, Palopo, Mandar, Majene, menjadi daerah Islam.
Di wilayah Sulawesi Utara mulai dari Mandar sampai Manado pada pertengahan abad ke-16 menjadi bawahan Kerajaan Ternate, yang rajanya adalah seorang Muslim. Atas ajakan Raja Ternate, Raja Bolaang Mongondow memeluk Islam. Terus ke Timur di Kepulauan Maluku pada awal abad ke-16 telah memiliki kerajaan Islam yakni kerajaan Bacan. Muballigh dari kerajaan ini terus mendakwahkan Islam ke kawasan tetangganya di Papua melalui jalur perdagangan.

Sekular-Liberal

JUDUL BUKU : MENGAPA BARAT MENJADI SEKULAR-LIBERAL?
PENULIS : ADIAN HUSAINI
PENERBIT : CENTER FOR ISLAMIC AND OCCIDENTAL STUDIES (CIOS)
TAHUN : 2007
Sekularisme memang merupakan fenomena khas dalam dunia Kristen. Menurut Bernard Lewis, “Sejak awal mula, kaum Kristen diajarkan- baik dalam persepsi maupun praktis- untuk memisahkan antara Tuhan dan kaisar dan dipahamkan tentang adanya kewajiban yang berbeda antara keduanya. Sedangkan menurut Leewen, persentuhan antara kultur sekular Barat dengan kultur tradisional religius di Timur Tengah dan Asia, adalah bermulanya babak baru dalam sejarah sekularisasi. Sebab, kultur sekular adalah hadiah Kristen kepada dunia.
Pandangan Lewis dan Leeuwen merupakan babak baru dalan sejarah peradaban Barat, dimana ke-Kristenan telah mengalami tekanan barat, sehingga dipaksa untuk memperkecil atau membatasi wilayah otoritasnya. Gereja dipaksa menjadi secular, dengan melepaskan wilayah otoritasnya dalam dunia politik. Fenomena sekularisasi dan liberalisasi pada peradaban Barat –yang kemudian diglobalkan ke seluruh dunia- sebenarnya dapat ditelusuri dari proses sejarah yang panjang yang dialami oleh salah satu peradaban besar di dunia ini.
Dalam sejarah Kristen Eropa, kata “secular” dan “liberal” dimaknai sebagai pembebasan masyarakat dari cengkeraman kekuasaan Gereja, yang sangat kuat dan hegemonic di Zaman Pertengahan. Proses berikutnya bukan saja dalam bidang sosial-politik, tetapi juga menyangkut metodologi pemahaman keagamaan. Misalnya, muncul pemikiran Yahudi Liberal (Liberal Judaism),dengan tokohnya Abraham Geiger. Begitu juga merebaknya pemikiran teologi liberal dalam dunia Kristen. Proses sekularisasi-liberalisasi agama, kemudian diglobalkan dan dipromosikan ke agama-agama lainnya, termasuk Islam.
Sejarah Kekristenan, kata Bernard Lewis, banyak diwarnai dengan perpecahan (skisma) dan kekafiran (heresy), dan dengan konflik antar kelompok yang berujung pada peperangan atau persekusi. Sejarah bermula sejak zaman Konstantine, dimana terjadi konflik antara Gereja Konstantinopel dan Roma; antara Katolik dan Protestan dan antara berbagai sekte dalam Kristen. Setelah konflik-konflik berdarah banyak terjadi, maka muncul kalangan Kristen yang berpikir, bahwa kehidupan toleran antar kelompok masyarakat hanya mungkin dilakukan jika kekuasaan Gereja untuk mengatur politik dihilangkan, begitu juga campur tangan Negara terhadap Gereja.
Di zaman hegemoni kekuasaan Gereja inilah lahir sebuah institusi Gereja yang sangat terkenal kejahatan dan kekejamannya, yang dikenal sebagai “INQUISISI”. Karen Armstrong, mantan biarawati dan penulis terkenal, menggambarkan kejahatan institusi Inquisisi Kristen dalam sejarah sebagai berikut : “Sebagian besar kita tentunya setuju bahwa salah satu dari institusi Kristen yang paling jahat adalah Inquisisi, yang merupakan instrument terror dalam Gereja Katolik sampai dengan akhir abad ke-17. Metode inquisisi ini juga digunakan oleh Gereja Protestan untuk melakukan persekusi dan control terhadap kaum katolik di Negara-negara mereka”.
Ada sebagian kalangan yang dengan gegabah mencoba menyamakan antara al-Qur’an dengan Bible, dengan menyatakan, bahwa semuanya adalah Kitab Suci, dan semuanya mukjizat. Padahal, kalangan ilmuwan Barat yang jeli, bisa membedakan antara kedua Kitab agama itu. Teks al-Qur’an tidak mengalami problem sebagaimana problem teks Bible.
Problem yang kemudian muncul ialah, ketika para ilmuwan dan pemikir diminta mensubordinasikan dan menundukkan semua pemikirannya kepada teks Bible dan otoritas Gereja, justru pada kedua hal itulah terletak problem itu sendiri. Disamping menghadapi problema otentisitas, Bible juga memuat hal-hal yang bertentangan denga akal dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Melalui dominasi dan hegemoninya, Barat berusaha mengglobalkan konsep-konsep keilmuan dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pemikiran Islam. Proses liberalisasi dan sekularisasi di berbagi bidang yang terjadi di dunia Islam tidak lain adalah bagian dari globalisasi yang berangkat dari pengalaman dan realitas Barat dengan berbagai unsur yang membentuknya, seperti tradisi Judeo Cristian, tradisi Greek, dan unsur-unsur suku-suku bangsa Eropa. Sebagai satu peradaban besar yang masih eksis hingga kini, Islam memiliki banyak perbedaan fundamental dengan peradaban Barat.
Jika perbedaan konsepsi dan sejarah antara teologi Kristen dengan Islam, benar-benar dikaji secara cermat, seyogyanya tidak perlu ada kalangan Muslim yang latah menyebarkan paham sekularisme, pluralism agama, metode kajian Bible untuk al-Qur’an dan sebagainya.
Yang perlu kita pahami adalah bahwa sekularisme dan liberalisme bukan berasal dari ajaran Islam, atau tradisi intelektual Islam. Keduanya merupakan produk konsep agama yang bermasalah dan kekecewaan Barat terhadap agama itu.

Sabtu, 17 Oktober 2009

Kajian Islam

JUDUL BUKU : AKU WARISKAN UNTUK KALIAN!
PENULIS : SAYYID QUTHB
PENERBIT : USWAH
TAHUN : 2007

“…akan tetap ada kesenjangan yang lebar antara kita dan al-qur’an selama kita belum membayangkan di benak kita dan menghadirkan di dalam visi kita bahwa al-qur’an ini ditujukan pada suatu umat yang hidup yang mempunyai eksistensi hakiki; ditujukan untuk menghadapi perisiwa-peristiwa riil dalam kehidupan umat ini; diturunkan untuk menjawab tantangan kehidupan kemanusiaan yang riil di muka bumi ini; dan untuk mengorbankan pertempuran besar di dalam jiwa manusia dan juga di atas muka bumi.”
“Agar kita ingin efektif memperoleh energy al-qur’an, mengetahui hakikat gelora yang tersembunyi di dalamnya, dan mendapatkan nasehat yang tersimpan untuk umat Islam di setiap generasi, sepatutnya kita menghadirkan di dalam visi kita tentang eksistensi generasi Islam pertama yang menjadi objek sasaran al-quran untuk pertama kali.”
“Kitab Allah adalah sumber pengetahuan, pendidikan, pengarahan, dan pembinaan satu-satunya bagi generasi manusia yang unik; sebuah generasi yang tidak terulang dalam sejarah kemanusiaan, baik sebelum maupun sesudahnya…”
“Tetapi, yang mengherankan dari al-qur’an ini, meski terus menerus dijadikan sasaran konspirasi yang terencana, berkembang, dan mengikat, ia tetap menang! Sesungguhnya kitab ini punya keistimewaan-keistimewaan yang menakjubkan dan pengaruh atas fitrah yang menjadikannya mampu mengalahkan konspirasi jahiliyah di muka bumi, konspirasi para setan yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan kaum Salibis di seluruh penjuru bumi dan di setiap masa!”
“Hakikat-hakikat al-qur’an adalah hakikat-hakikat final, pasti dan mutlak, sedangkan apa yang berhasil disimpulkan oleh penelitian manusia—apa pun juga sarana dan prasarana yang dipergunakannya—adalah hakikat-hakikat yang tidak final dan tidak mutlak…”
“Lalu muncullah Teori Evolusi Lewis dan Darwin yang mengatakan bahwa kehidupan dimulai dari satu sel dan sel ini tumbuh di air, kemudian ia berkembang hingga menjadi manusia. Kemudian, di pihak lain, dengan serta merta kita pun membebani nash al-qur’an dengan makna (teori) ini dan memaksanya menjadi pengikut teori ini dengan mengatakan, “Inilah yang dimaksud oleh al-qur’an! Tidak..sebab teori ini tidak final. Ia telah direvisi kurang dari seabad sejak kemunculannya dengan sesuatu yang hampir-hampir mengubahnya secara total.”
“Ikatan agama ini (Islam) bukan ikatan darah dan nasab; bukan ikatan tanah air dan bangsa; bukan ikatan kaum dan marga; bukan ikatan warna kulit dan bahasa; bukan ikatan ras dan suku; juga bukan ikatan profesi dan status sosial.”
“Karena itu, orang-orang yang mengklaim sebagai orang Islam lalu mereka mendirikan masyarakat mereka atas satu atau lebih ideology jahiliyah (yang posisinya telah digantikan oleh Islam dengan landasan akidah), mereka mungkin tidak paham Islam atau mungkin menolaknya.”
“Sebagai konsekuensi logis dari berdirinya sebuah masyarakat atas landasan akidah—dan tidak berdirinya ia atas landasan unsur-unsur paksaan lainnya—ia (Islam) mendirikan sebuah komunitas kemanusiaan universal dan eksklusif; ia terbuka untuk semua individu dari beragam ras, warna kulit, bahasa, suku bangsa, darah, nasab, negara, dan tanah air, dengan sepenuh kebebasan mereka dan pilihan pribadi mereka. Mereka tidak boleh dihalang-halangi oleh siapa pun juga, tidak boleh dihadang oleh penghadang apa pun juga, dan tidak boleh dibatasi dengan batasan-batasan yang dibut-buat…”
“Islam tidak ingin membebaskan manusia dari berhala-berhala batu dan dewa-dewa kuno namun kemudian membiarkan mereka menyembah berhala-berhala rasisme dan nasionalisme berikut antek-anteknya atau membiarkan mereka berperang dibawah panji-panji dan syiar-syiar berhala ini. Dia hanya menyeru mereka supaya tunduk kepada Allah semata, ketundukan kepada-Nya saja, tidak kepada sesuatu pun dari makhluk-Nya!”
“Dengan demikian, ungkapan al-qur’an tentang hakikat tauhid ada dalam dua bentuk kalimat sekaligus; perintah dan larangan; supaya yang satu menguatkan yang lain; penguat yang menghilangkan seluruh celah yang mungkin bisa dimasuki oleh kemusyrikan dalam suatu bentuk diantara bentuk-bentuknya yang banyak!”
“…jika hakikat-hakikat ibadah hanya ritual-ritual peribadatan, Ia sangat tidak berhak mendapat perhatian kafilah mulia yang terdiri dari para rasul dan kerasulan mereka. Ia tidak berhak memperoleh perhatian jerih payah yang meletihkan yang dipersembahkan para rasul ‘alaihis-salam. Dan, ia juga tidak berhak menjadi tujuan aneka azab dan siksaan yang diderita oleh para dai dan orang-orang beriman di sepanjang zaman!”
“Ketundukan kepada Allah membebaskan manusia dari ketundukan kepada yang lain-Nya dan menyelamatkannya dari menyembah hamba kepada menyembah Allah semata.”
“Ketundukan kepada hamba tidak berhenti pada batasan ketundukan kepada para penguasa, pemimpin, dan pembuat undang-undang. Ini hanyalah bentuknya yang kasat mata, namun bukan segala-galanya! Ketundukan kepada hamba mengejawantah dalam bentuk-bentuk lain yang samar, tetapi kadang kala malah lebih kuat, lebih mendalam, dan lebih keras dari bentuk yang ini!”
“Semua pengorbanan yang dituntut oleh jihad di jalan Allah tidak lain agar hanya Allah sajalah yang disembah di muka bumi; supaya manusia terbebas dari menyembah thaghut dan berhala; serta agar kehidupan manusia meningkat ke cakrawala tertinggi yang dikehendaki Allah untuknya.”
“Fikih Islam tidak lahir di ruang hampa, sebagaimana ia juga tidak hidup dan tidak bisa dipahami dalam ruang hampa. Fikih Islam tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Islam seiring pergerakannya dalam merespons keperluan-keperluan riil kehidupan umat Islam…”
“Masyarakat Islam adalah masyarakat baru, masyarakat modern dan masyarakat yang selalu bergerak dalam perjalanannya untuk membebaskan manusia…semua manusia…di bumi…di seluruh bumi…dari ketundukan kepada selain Allah Subhanahu wata’ala; dan untuk mengangkat manusia ini dari kehinaan akibat tunduk kepada thaghut-thaghut, siapa pun juga thaghut-thaghut itu!”
“Fikih Islam tumbuh dalam ruang hampa dan tidak hidup dalam ruang hampa. Ia tidak tumbuh dalam otak dan kertas, tetapi tumbuh dalam realita kehidupan…dan tidak sembarang kehidupan!”
“Pergerakan ini pasti akan mendapat fitnah, siksa dan ujian. Akan mudah difitnah orang yang mudah difitnah, dan akan murtad orang yang murtad; akan membenarkan Allah orang yang membenarkan-Nya hingga ia mati dan gugur sebagai syahid, dan akan tabah orang yang tabah dan ia akan tetap berjalan dalam pergerakannya hingga Allah Subhanahu wata’ala memutuskan antara ia dan kaumnya dengan sebenarnya dan hingga Allah Subhanahu wata’ala mengusahakannya di muka bumi.”
“Agama Allah tidak mau jika ia hanya dijadikan sekadar kendaraan yang nyaman atau pembantu yang taat, untuk menanggapi masyarakat jahiliyah yang desersi ini, yang berpura-pura di hadapannya, dan yang melarikan diri darinya, yang selalu mencemoohnya dari waktu ke waktu…”
“Perang militer dalam pergerakan Islam bukanlah peperangan senjata, kuda, prajurit, perbekalan, persiapan, dan strategi militer belaka. Peperangan parsial ini tidak terpisah dari peperangan besar di alam jiwa dan alam tatanan social umat Islam. Ia punya hubungan kuat dengan kejernihan jiwa tersebut, ketulusannya, keikhlasannya, serta kebebasannya dari belenggu-belenggu dan ikatan-ikatan yang mengenyahkan kejernihannya dan merintangi perjalanannya menuju Allah!”
“Jika seorang nabi telah memakai baju besinya, tidak pantas baginya untuk menanggalkan kembali hingga Allah memberi keputusan untuk dirinya dan musuhnya!” seru Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.”
“Pasukan musyrik merangsek mendekati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika beliau tengah sendirian dan tidak dikelilingi kecuali oleh beberapa orang yang bisa dihitung dengan jari, orang-orang yang sedikit ini bertempur mati-matian untuk melindunginya hingga mereka mati terbunuh! Wajah beliau terluka. Gigi kanan bagian bawahnya patah. Pelindung kepalanya pecah. Lalu pasukan musyrik melemparinya dengan bebatuan hingga pelindung kepalanya itu jatuh disampingnya,…”
“Wahai Rasulullah, sungguh aku sangat ingin ikut serta di setiap peperangan yang Anda ikuti. Namun, bapakku memerintahkanku tetap di rumah untuk melindungi anak-anak perempuannya pada perang uhud, maka sekarang ijinkanlah aku ikut perang bersama Anda!” (Jabir bin ‘Abdullah)
“Aku, demi Allah, wahai Rasulullah, sangat ingin menemaninya di surge. Umurku sudah senja dan tulangku sudah rapuh, namun aku sangat rindu bertemu denga Tuhanku. Mintalah kepada Allah, wahai Rasulullah, agar menganugerahkan syahadah untukku dan pertemanan dengan Sa’ad di surge.” (Khaitsumah)
“Ya Allah, aku bersumpah kepada-Mu bahwa besok aku akan bertemu musuh, lalu mereka membunuhku, membelah perutku, memotong hidung dan telingaku, kemudian Engkau akan menanyaiku, “Demi siapa semua itu?’ aku akan menjawab, ‘Demi-Mu!’” (‘Abdullah bin Jahsy)
“Sesungguhnya agama ini adalah suatu manhaj untuk kehidupan manusia, realisasinya dalam kehidupan manusia hanya akan terwujud dengan usaha manusia, dan dalam batasan-batasan kemampuan manusia.”
“Allah tentu saja mampu mengubah fitrah manusia dengan agama ini atau dengan yang lainnya sebagaimana Dia juga mempu menciptakannya untuk pertama kalinya denga fitrah lain. Tetapi, Dia menghendaki menciptakan manusia dengan fitrah ini; menhendaki menciptakan kehendak dan respons untuk manusia ini; menghendaki menjadikan petunjuk sebagai buah jerih payah, pembelajaran, dan respons…”
“Manhaj Ilahi yang dijabarkan Islam ini tidak akan terealisasi di muka bumi ini, di dunia manusia, hanya karena ia turun dari sisi Allah; ia tidak akan terealisasi hanya dengan penyampaian dan pemberitahuannya kepada manusia; dan ia tidak akan terealisasi dengan pemaksaan Tuhan … ia hanya akan terealisasi jika ia diemban oleh sekelompok manusia yang mengimaninya dengan keimanan yang sempurna; konsisten di jalannya—menurut kadar kemampuannya; menjadikannya tugas hidupnya dan puncak cita-citanya; berusaha keras merealisasikannya di hati orang lain dan dalam kehidupan praktisnya; dan berperang habis-habisan untuk cita-cita ini tanpa menyisakan sedikit pun usaha dan tenaga…”
“Satu syarat yang mesti terealisasi, kelompok-kelompok manusia harus menyerahkan kepemimpinannya kepada manhaj ini, mengimaninya, tunduk kepadanya, dan menjadikannya asas kehidupannya, moto pergerakannya, dan penuntun langkah-langkahnya di jalan yang terjal dan panjang ini.”
“Apabila kita perhatikan ulasan al-qur’an atas Perang Uhud, kita akan menemukan ketelitian, kedalaman, dan komprehensivitas, ketelitian dalam membahas segala suasana, seluruh gerakan, dan seluruh lintasan; kedalaman dalam merasuk kedalaman jiwa dan emosi-emosinya yang tersembunyi. Komprehensivitas dalam mencakup seluruh sisi jiwa dan semua aspek peristiwa.”
“Sejarah Islam bukanlah sejarah umat Islam meskipun mereka Muslim dengan nama atau pengakuan! Sesungguhnya sejarah Islam adalah sejarah aplikasi yang sebenarnya dari agama Islam, dalam persepsi manusia dan perilakunya, dalam aspek-aspek kehidupannya dan sistem sosialnya. Jadi, Islam adalah poros yang tetap.”
“Hingga tatkala jahiliyah telah sampai klimaksnya, Allah mengutus seorang Rasul yang mengembalikan mereka ke Islam dan membebaskan mereka dari cengkraman jahiliyah…kebebasan pertama yang diusahakannya untuk mereka adalah kebebasan dari ketundukan kepada selain Allah Subhanallahu wata’ala yang terdiri tuhan-tuhan yang beraneka…”
“Hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala para aktivis dakwah wajib mendapati hakekat Tuhannya di jiwa mereka dalam bentuk seperti ini, agar dengan keimanannya dan kebesaran dirinya mereka mampu berdiri dihadapan kekuatan-kekuatan jahiliyah yang zalim di sekitarnya: dihadapan kekuatan materi; kekuatan industry; kekuatan harta benda; kekuatan ilmu pengetahuan; kekuatan; sistem; sarana dan prasarana; eksperimen; dan pengalaman.”
“Satu hal yang mesti diyakini dengan sepenuh hati oleh para pionir kebangkitan Islam di seluruh negeri adalah: Allah Subhanallahu wata’ala tidak memisahkan umat Islam dari musuh-musuhnya dari kaumnya sendiri melainkan sesudah mereka memisahkan diri dari musuh-musuhnya; memaklumatkan perpisahan dengan mereka karena kemusyrikan yang tetap mereka pedomani; dan menyampaikan kepada mereka bahwa mereka hanya tunduk kepada Allah Subhanahu wata’ala saja…”
“Rangkaian ayat yang panjang ini menyibak upaya-upaya tidak sedikit yang dilakukan orang-orang munafik untuk menyakiti barisan Islam, memfitnahnya, dan menyibukkannya dengan aneka fitnah, desas-desus dan kedustaan. Dan, pada waktu yang sama, ia juga menyingkap kekacauan dan ketidakstabilan dalam struktur keorganisasian masyarakat Islam pada periode itu…”
“Ketika itulah, setiap individu dalam perkumpulan Islam mendapati siksaan dan ujian dengan seluruh jenisnya, bahkan tidak jarang hingga menyebabkan kematiannya. Saat itulah mereka tidak berani bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, tidak akan berani bergabung dengan perkumpulan Islam, dan tidak akan berani tunduk kepada kepemimpinan yang baru, melainkan orang yang telah mewakafkan hidupnya untuk Allah serta bersiap-siap untuk memperoleh siksaan, fitnahan, kelaparan, pengasingan, azab dan kematian yang kadang kala menimpanya dalam bentuk terburuk!”
“Pertama-tama, seluruh upaya wajib dicurahkan untuk menciptakan pondasi kokoh, yang tersusun dari orang-orang beriman yang tulus, yang telah diuji oleh ujian dan dia bertahan dalam menghadapinya, serta semua usaha harus dikerahkan untuk mendidik mereka dengan pendidikan keimanan yang mendalam sehingga ia semakin kokoh, kuat dan mendalam pemahamannya.”
“Adapun tindakannya terhadap orang-orang munafik, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam diperintah untuk menerima lahir mereka dan menyerahkan batin mereka kepada Allah…beliau juga diperintahkan untuk berpaling dari mereka, bertindak tegas kepada mereka, mengatakan perkataan yang tegas yang menimbulkan bekas di jiwa mereka…”
“…ketika ada manhaj ilahi dan hukum rabbani yang mencantumkan penyembahan hanya dipersembahkan kepada Allah semata,…ketika itulah masalahnya berubah secara fundamental; manhaj ilahi punya hak untuk melampui batasan-batasan kemanusiaan…”
“Sesungguhnya bukan kekeliruan yang tidak disengaja bila orang-orang Quraisy mengambil sikap keras terhadap dakwah La Illaha illallah wa anna Muhammadarrasulullah di Mekkah, dan bila mereka memeranginya dengan peperangan hebat di Madinah. Bukan kekeliruan yang tidak disengaja bila orang-orang Yahudi menghalng-halangi gerakan ini di Madinah dan bergabung dengan orang-orang musyrik dalam satu kesatuan (dan mereka termasuk ahli kitab).”
“Kelompok-kelompok jahiliyah tidak bisa lama-lama menyaksikan Islam tetap berdiri tegak dihadapannya; melawan eksistensinya; menentangnya dengan pertentangan diametral dan mendasar dalam seluruh hal kecil dan hal besar dalam manhaj Islam; dan mengancam kelestariannya kerena kebenaran, dinamika dan gerakan yang dikandung dalam karakter Islam: menghancurkan seluruh Thaghut dan mengembalikan seluruh manusia kepada penyembahan Allah semata.”
“Tetapi, Allah Subhanahu wata’ala menghendaki tegaknya ikatan perkumpulan atas akidah semata dan menyerahnya jazirah Arab kepada Islam dan supaya seluruhnya menjadi pondasi yang menguatkan…”
“Apa yang telah dilakukan kaum musyrik terhadap Nuh ‘alaihis-salam, Hud ‘alaihis-salam, Shalih ‘alaihis-salam, Ibrahim ‘alaihis-salam, Syu’ayb ‘alaihis-salam, Musa ‘alais-salam, Isa ‘alaihis-salam, dan orang-orang beriman di zaman mereka? Lalu apa juga yang telah dilakukannya terhadap Muhammad Shallallahu ‘alai wasallam dan orang-orang yang beriman di zaman mereka? Ternyata, “mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian” setiap kali mereka unggul terhadap orang-orang beriman dan mampu mengalahkan mereka.”
“Kebiadaban yang dilakukan para penganut paganism India ketika Pakistan memisahkan diri darinya tidak kurang kejam atau kurang bengis dari kebiadaban yang dilakukan orang-orang Tartar pada zaman yang telah lama itu: delapan juta orang Islam yang pindah dari Indai—dari kalangan orang-orang yang menjadi sasaran serangan berbaris dan biadab terhadap umat Islam yang tersisa di India dan yang memilih pindah meninggalkan India—hanya tinggal tiga juta orang saja yang sampai ke daerah-daerah tapal batas Pakistan! Sementara lima juta sisanya telah dihabisi di tengah-tengah perjalanan mereka.”
“Tabiat hubungan-hubungan final antara manhaj Allah dan manhaj-manhaj jahiliyah adalah ketidakmungkinan hidup berdampingan kecuali dibawah naungan situasi kondisi dan prasyarat-prasyarat tertentu; landasannya adalah tidak boleh ada satu pun penghalang materialism yang bersumber dari kekuatan Negara; dari system hukum; dan dari situasi kondisi masyarakat di muka bumi yang berdiri tegak melawan maklumat umum yang dikandung Islam…”
“Sungguh tidak ada sedikitpun perubahan dalam sudut pandang agama ini terhadap hakikat kerusakan akidah, penyekutuan Allah Subhanahu wata’ala dan pengingkaran ayat-ayat-Nya yang dilakukan orang-orang Ahli kitab…”
“Allah Subhanahu wata’ala menegaskan tabiat sikap Ahli kitab terhadap umat Islam dalam banyak tempat di kitab-Nya yang mulia. Dia kadang kala membicarakan mereka saja; adakalanya membicarakan mereka bersama-sama dengan orang-orang kafir dari kalangan orang-orang musyrik…”
“Dalam sejarah modern, mereka berada di balik seluruh musibah yang menimpa umat Islam di semua tempat di muka bumi; mereka berada di balik semua usaha pemusnahan para pionir kebangkitan Islam; dan mereka adalah para pelindung yang melindungi setiap situasi kondisi yang deprogram untuk usaha pemusnahan ini di seluruh penjuru Dunia Islam. Itulah pekerjaan orang-orang Yahudi.”
“Tindakan pertama yang dilakukan oleh Richard ‘The Lion Heart’ dari Inggris adalah membunuh 3000 tawanan Islam di depan kamp pasukan Islam, padahal mereka telah meminta jaminan keamanan kepadanya, dan ia pun telah berjanji menjamin keamanan mereka, namun kemudian ia mengkhianati janjinya sendiri dengan melakukan pembunuhan dan pemusnahan” (Gustav Loben, kristiani dari Prancis).
“Menelanjangi Ahli kitab dari prasangka bahwa mereka masih berada dalam lingkup agama Allah Subhanahu wata’ala adalah lebih wajib dan lebih penting daripada menjelaskan keadaan orang-orang musyrik yang terang-terangan dalam kemusyrikannya dan yang mempersaksikan kekafiran mereka dengan akidah dan ritual-ritual ibadahnya.”
“Mereka menciptakan beragam muslihat untuk menutupi hakikat situasi kondisi mereka ciptakan itu sambil menanggung seluruh beban keuangan, politik, dan ideologinya. Mereka memberinya seluruh hal yang bisa melindunginya, baik pena-pena intelijen-intelijen mereka, sarana prasarana madia massa dunia mereka, maupun seluruh kekuatan, muslihat, dan pengalaman yang mereka miliki.”
“Sesungguhnya kewajiban pertama para dai agama ini di muka bumi adalah membredel symbol-simbol palsu yang disematkan kepada situasi kondisi yang di tegakkan untuk memberangus akar-akar agama Islam di seluruh penjuru bumi!”
“Sabar mesti ada dalam semua ini; sabar mesti ada dalam melaksanakan ketaatan, dalam menahan diri dari kemaksiatan, dalam memerangi orang-orang yang menentang Allah, dalam menghadapi muslihat dengan beragam coraknya, dalam menanti lamanya datangnya pertolongan, dalam menanggung lamanya keletihan, dalam mengenyahkan kebatilan, dalam sedikitnya penolong, dalam panjangnya jalan berduri, dalam menghadapi bengkoknya jiwa, kesesatan hati, kepayahan penentangan, dan terobeknya kehormatan.”
“Sungguh tidak sepatutnya bagi yang menghadapi jahiliyah dengan Islam berprasangka bahwa Allah akan membiarkannya menjadi mangsa jahiliyah padahal dirinya menyerukan penauhidan Allah Subhanahu wata’ala dengan ketuhanan-Nya. Sebagaimana ia juga tidak patut untuk membandingkan kekuatan pribadinya dengan kekuatan-kekuatan jahiliyah…”
“Orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah subhanahu wata’ala tidak punya kewajiban apa pun selain menunaikan kewajiban mereka secara sempurna, dengan mencurahkan segenap kemampuan yang dimilikinya, lalu menyerahkan seluruh urusan kepada Allah…”

Jihad 3

Bagian Ketiga :
Manhaj Harakah Islam (Sayyid Quthb)
Gerakan Islam merupakan gerakan yang tidak cukup hanya beretorika di hadapan kekuatan kapital, sebagaimana ia tidak bisa memanfaatkan kekuatan kapital untuk menyentuh nurani tiap-tiap orang. Implementasi syariat Allah semata dan pemakzulan undang-undang manusia di sisi lain, semua itu tidak bisa terealisasi hanya dengan retorika dan wacana. Sesungguhnya jihad merupakan sesuatu yang diperlukan bagi dakwah jika tujuannya adalah proklamasi pembebasan manusia. Langkah kaum Muslimin menahan diri dari berjihad dengan pedang bisa dimaklumi, karena langkah ini memungkinkan terpeliharanya kebebasan menyampaikan dakwah di Mekah. Sebelum bertolak jihad ke medan perang, seorang Muslim semestinya telah menceburkan diri dalam jihad akbar melawan setan di dalam dirinya sendiri, yakni menepis hawa nafsu dan syahwatnya, ketamakan dan ambisi-ambisinya, kepentingan-kepentingan pribadi, keluarga dan golongannya, serta melawan segala bentuk symbol Islam, dan segala motivasi selain motivasi peribadatan kepada Allah, implementasi kekuasaan-Nya di bumi, dan pemakzulan kekuasaan para thaghut yang merampas otoritas Allah. Kita tidak boleh tertipu dan gentar oleh hujatan-hujatan kaum orientalis terhadap doktrin jihad. Sudah semestinya Islam mulai mengambil inisiatif gerakan. Karena, Islam bukanlah aliran suatu kaum, dan bukan pula aturan yang berlaku di suatu daerah. Islam merupakan manhaj Allah bagi kehidupan kemanusiaan. Islam adalah manhaj Allah bagi kehidupan kemanusiaan. Islam adalah manhaj yang berlandaskan pengesaan Allah semata sebagai Tuhan—yang tercermin dalam pemerintahan. Islam mengatur kehidupan nyata dalam segala aktivitas keseharian. Dan jihad, di mata Islam, adalah perjuangan untuk menegakkan manhaj dan membangun sistem. Dimana pun terwujud komunitas muslim—di mana manhaj Ilahi tercermin di dalamnya—maka Allah akan menganugerahkan kepadanya otoritas pergerakan dan kebebasan untuk menerima kedaulatan-Nya dan membumikan undang-undang-Nya, sembari menyerahkan persoalan akidah yang bersifat intuitif kepada kebebasan intuisi. Apabila Allah menahan tangan-tangan umat Islam—suatu ketika—dari jihad (perang), maka ini adalah persoalan strategi, bukan persoalan tataran prinsip; ini adalah persoalan kepentingan harakah, bukan persoalan akidah.

Tentang Penulis :
Sayyid Quthb adalah seorang mufassir, sastrawan kenamaan dan penulis tema-tema keislaman, yang berkebangsaan Mesir. Dia dikenal sebagai seorang kritikus kebijakan-kebijakan pemerintah, dan salah satu tokoh sentral organisasi Ikhwabul Muslimin pasca wafatnya sang pendiri, Hasan al-Banna. Karya tulisnya yang fenomenal dan cukup menggemparkan rezim pemerintah (Jamal Abdul Nasser) Mesir kala itu adalah Ma’alim fith-Thariq; kitab ini mengantarkannya berada di balik jeruji besi hingga akhirnya menjemput syahid di tiang gantungan. Sementara magnum opusnya adalah Tafsir fi Zhilalil-Qur’an.

Jihad 2

Bagian Kedua :
Risalah Tentang Jihad (Imam Hasan al-Banna)
Allah telah mengeluarkan ultimatum bagi orang-orang yang enggan berjihad bahwa mereka akan menerima siksaan yang pedih. “Barang siapa yang meninggal sementara ia belum pernah dan dirinya tidak peduli dengan perang, berarti ia mati dalam salah satu cabang kemunafikan” (H.r. Muslim dan Abu Dawud). Jika pasukan musuh berhasil menaklukkan salah satu Negara Islam, maka hukum jihad (berubah) menjadi fardhu ‘ain. Allah Swt mewajibkan jihad bagi kaum Muslimin bukan sebagai media untuk bertindak sewenang-wenang, bukan pula sebagai sarana untuk meraih ambisi-ambisi pribadi, melainkan untuk menjamin keberlangsungan dakwah, menjaga stabilitas keamanan, dan membumikan risalah agung. Untuk itu, bersiaplah kalian untuk menjemput kematian yang mulia, niscaya kalian akan mendapatkan kebahagiaan yang sempurna! Semoga Allah menganugerahkan kepada kami, juga kepada kalian, kemuliaan mati syahid fi sabilillah. Amin.

Tentang Penulis :
Imam Hasan al-Banna adalah pendiri organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir. Beliau wafat setelah ditembak secara misterius oleh orang tak dikenal. Namun, diduga kuat penembakan itu dilakukan oleh rezim pemerintah Mesir kala itu untuk membungkam Hasan al-Banna kerena beberapa statemennya yang dianggap subversif.

Jihad 1

JUDUL : PENGGETAR IMAN DI MEDAN JIHAD
PENULIS : ABU A’LA AL-MAUDUDI – HASAN AL-BANNA – SAYYID QUTHB
PENERBIT : USWAH
TAHUN : 2009

Bagian Pertama :
Jihad fi Sabilillah (Abul A’la al-Maududi)
Karena ulah kaum orientalis, telinga masyarakat Eropa menjadi mudah terusik ketika kata “jihad” digemakan. Sejatinya Islam merupakan pemikiran (fikrah) dan manhaj yang revolusioner, yang hendak meruntuhkan tatanan sosial dunia secara total. Jihad Islam bukanlah jihad yang tanpa orientasi, melainkan jihad yang dikobarkan pada jalan Allah (fi sabilillah). Allah tidak mengakui amalan jihad kecuali bila itu dilakukan secara ikhlas demi mendapatkan balasan (melihat) wajah Allah yang Mulia dan dalam rangka merengkuh keridhaan-Nya. Dakwah Islam sebenarnya seruan menuju revolusi sosial, seruan yang sejak awalnya menghendaki pelenyapan total kekuasaan orang-orang yang bersemayam di atas singgasana ketuhanan dan memperbudak manusia. Al-qur’an telah menetapkan bahwa orang yang tidak memenuhi seruan jihad dan tidak ikut berjuang, maka orang tersebut dianggap termasuk golongan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Dikotomi perang ofensif dan perang defensif tidak tepat diaplikasikan pada jihad Islam dalam keadaan apa pun. Karena, jihad Islam sesungguhnya bersifat ofensif sekaligus defensif. Dikatakan “ofensif”, sebab kelompok Islam ini menantang dan menentang pemerintahan-pemerintahan yang berlandaskan prinsip-prinsip yang bertentangan dengan Islam; kelompok Islam ingin menghancurkan pemerintahan seperti ini dan siap mengangkat senjata untuk itu. Sementara dikatakan “defensif”, sebab kelompok Islam terkondisikan untuk mendirikan kekuasaan dan memperkokoh fondasi-fondasinya hingga dapat menjalankan tugas sesuai dengan agenda dan garis kebijakannya. Kelompok Islam tidak akan menyerang secara fisik kelompok lain yang berseberangan dan bertentangan dengannya, namun ia hanya akan menyerang prinsip-prinsip yang dipedomaninya. Seorang muslim tidak akan berperang untuk mendapatkan jabatan penting yang akan membuat dirinya hidup nyaman dan leluasa bergelimang kenikmatan dan nafsu syahwat. Orang yang ambisius merengkuh kenikmatan dan hal-hal yang menyenangkan dalam hidup, umumnya ia tidak berani memegang kendali urusan kaum Muslimin di genggaman tangannya.

Tentang Penulis :
Abul-A’la al-Maududi adalah pendiri sekaligus perumus kebijakan organisasi Jamaat-i-Islami (Partai Islam) di India, dan salah satu tokoh kemerdekaan Pakistan. Ia lahir pada tahun 1903 M. (1321 H). sejak kecil ia dikenal sangat jenius, sehinga membuat banyak orang berdecak kagum atas kepintarannya. Pada tahun 1954, ia dituntut hukuman mati karena protesnya atas kasus Ahmadiyah dan tuntutannya agar pemerintah menjadikan Ahmadiyah sebagai minoritas non-Muslim, namun akhirnya bebas setahun kemudian setelah pengadilan menyatakan tak cukup bukti.

Kamis, 15 Oktober 2009

Aku Hidup

Hidup tak seindah yang kita bayangkan sobat!
hidup akan bermakna bila kita memaknainya dengan benar,
hidup seperti permainan bila kita mepermainkannya,
hidup sebuah harapan bila kita menjalankannya sesuai fitrah.
jalani hidup ini apa adanya,
nikmati tiap waktu yang menjadi kesempatan kita
untuk membuktikan cinta kita padaNya
hidup pasti penuh arti.
tanda kehidupan adalah gerak,
naka bergeraklah menuju keridhaan-Nya.
semangat berjuang meraih cinta terindah.

Minggu, 11 Oktober 2009

Aku Kini :)

Untuk apa ku sesali hidup
Bukankah seharusnya aku mensyukurinya
Hidup adalah sebuah kesempatan pembuktian cinta
Cinta yang hakiki dan abadi
Kadang kenikmatan dunia ini memang melenakan
Bagaikan fatamorgana, Dunia dianggap keabadian
Hidup ini indah bila kita menyadarinya
Sakit, sedih, kecewa, marah, benci hanyalah sementara
Bagitupun dengan kesenangan dan kebahagiaan yang kita rasakan
Karena hakikat hidup demikian
Nikmatilah hidup ini teman!
Jalani semua sesuai kehendak-Nya
Lakukan apa yang kamu yakini pada saat ini
Sadari apa yang kau lakukan apakah sesuai dengan kehendak-Nya?
Sehingga engkau dapat mempertanggungjawabkan hidupmu dihadapan-Nya kelak!

Rabu, 08 Juli 2009

Rintihan Hati

Semakin jauh jarak perjalanan diri hamba
beribu macam cobaan mewarnai ruang dan masa
ada kalanya hati merasa tak berdaya
di saat raga enggan penuhi ujian dunia
hidup bahagia jadi impian
namun kenyataan selalu berbeda
berusaha dan berjuang serta berdoa
ya Ilahi
hamba berserah diri saat hati teruji
tujukkanlah jalan yang telah kau beri
kuatkan iman kami
jagalah hamba dari fitnah dan dengki,
iri hati dan sombong diri
langkah kami tak lepas dari firman-Mu
Ilahi

mendengar senandung nasyid ini membuat hati terngiuh,
karena terkadang terasa berat menjalani hidup sebagai seorang muslim,
ditambah lingkungan tak mendukung diri menjadi muslim sejati.
namun, bila kita belajar dari ikan laut, ada sebuah prinsip yang tak terwarnai oleh lingkungan. meski air laut terasa asin, namun ikan laut tidak menjadi asin, kecuali ada campur tangan manusia yang membuat ikan laut menjadi ikan asin.
seorang muslim, akan bisa menjadi muslim sejati tanpa diwarnai oleh lingkungan sekitar, apabila dia berpegang teguh pada prinsip yang benar.
karena hakekat hidup memang seperti ini. kita tidak bisa menghindari penderitaan, karena penderitaan adalah sebuah pilihan yang harus ditempuh. dengan penderitaan, kelak akan menemukan kebahagiaan. Sebagai contoh, seorang ibu akan terasa menderita ketika harus mengandung, dan menahan sakitnya melahirkan dengan susah payah. namun ketika melihat wajah yang buah hati yang lahir dengan sehat, dengan suara tangisan mungilnya, rasa sakit dalam sekejap hilang dan tak terasa. inilah buah kebahagiaan.
manusia terkadang mengeluh dengan penderitaan yang dialami. mereka selalu bertanya "mengapa harus aku yang menderita?", tapi ketika mendapat kebahagiaan, mereka tak pernah bertanya "mengapa harus aku yang bahagia?". manusia memang diciptakan dengan keunikan tersendiri dibanding makhluk lain.

Senin, 06 Juli 2009

Menuju Kemenangan dengan Izin Allah

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Quran. Dan siapakah yang menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kalian lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (9 : 111)
Kaum Muslimin sangat bergembira ketika ayat ini turun. Hal itu karena ayat ini menjelaskan dengan meyakinkan kepada mereka bahwa jihad akan dibalas dengan surga, baik hasilnya adalah kemenangan maupun kematian syahid.
Jihad, apa pun hasilnya, imbalannya adalah surga. Rasulullah SAW bersabda, “surga berada dibawah baying-bayang pedang.”
Allah SWT menjelaskan jihad orang-orang mukmin, harta yang mereka keluarkan, jiwa yang mereka korbankan, dan imbalan surga bagi mereka yang berjihad. Allah menyebut semua itu sebagai jual beli.
Yang ditransaksikan dalam jual beli ini adalah jihad; imbalannya adalah surga; penjualnya adalah orang yang berjihad; pembelinya adalah Allah SWT; tempat jual belinya adalah medan perang; dan pencatat transaksinya adalah kitab-kitab samawi. Keuntungan jihad ini telah dijamin oleh Allah SWT, apa pun hasilnya. Namun, Allah SWT tidak menentukan bahwa mereka harus gugur di medan perang. Dalam hal ini, yang menentukan jaminan Allah adalah niat berperang untuk meninggikan kalimat Allah dan membela agama-Nya.
Tentang sifat-sifat mukmin yang menjual diri dan harta mereka dengan imbalan surga, Allah SWT telah menyebutkannya dan memerincinya satu persatu. Mereka adalah orang-orang yang bertobat. Pertobatan merupakan sifat pertama yang harus dimiliki seorang mukmin ketika berhubungan dengan Allah. Pertobatan merupakan sifat yang disukai Allah SWT. Dia berfirman, “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat.” (2 : 222). Rasulullah juga bersabda, “sesungguhnya Allah berbahagia dengan pertobatan hamba-Nya yang beriman.”
Mereka yang bertobat adalah orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan jihad mereka. Mereka beribadah dengan ilmu dan ucapan mereka. Mereka membaktikan hidup mereka untuk ibadah yang tercermin dalam perjuangan, perlombaan, gerak dan diam mereka. Mereka mewujudkan firman Allah SWT (51 : 56).
Mereka yang bertobat adalah orang-orang yang memuji Allah dalam suka dan duka, dalam susah dan senang, dalam kesempitan dan kelapangan. Sebab, mereka mengetahui bahwa kebijaksanaan Allah berada di atas kebijaksanaan yang lain, dan jual beli-Nya merupakan yang paling adil.
Mereka adalah para pengembara di jalan Allah yang membawa berbagai bekal dan perlengkapan. Mereka mengembara di wilayah makrifat, ilmu pengetahuan, dan peribadahan. Slogan mereka adalah “siapa yang harinya sama dengan hari-hari sebelumnya, ia tertipu”, dan “barang siapa tidak memperoleh tambahan, ia mendapat kekurangan.” Pengembaraan itu, di semua arena, merupakan pendekatan menuju kesempurnaan pribadi yang dicintai Allah SWT.
Mereka adalah orang-orang yang ruku’ dan sujud (shalat) dengan khusuk dan penuh ketundukan. Mereka adalah orang-orang yang melakukan amar makruf dan nahi munkar kepada orang lain setelah menerapkan untuk diri mereka sendiri. Inilah yang dikemukakan Allah SWT dalam firman-Nya, …dan yang memelihara hukum-hukum Allah, dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang Mukmin itu (9 : 112). Penyampaian kabar gembira bagi Mukmin sejati merupakan pengetahuan mutlak Allah. Allah SWT menyampaikan kabar gembira kepada mereka tentang kemenangan, keamanan, dan kebahagiaan di surga.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orana Mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka” (9 : 111). Janji dan transaksi ini adalah antara Allah dan kaum Mukmin. Inilah janji keimanan. Di sini, orang Mukmin menjual diri dan hartanya, yang dipersembahkan kepada Allah SWT, sehingga ia tidak kikir dengan harta di jalan-Nya dan ia juga tidak kikir dengan jiwa ketika keadaan menuntut pengorbanannya.
Jadi, keimanan-besera sebagian syaratnya: pengorbanan harta dan jiwa- merupakan langkah pertaman, utama, dan substansif menuju kemenangan. Bahkan, ini merupakan langkah yang mendasari landasan yang benar. Inilah langkah yang harus dijadikan pijakan bangsa-bangsa dan para pemimpinnya dalam mengambil tempat yang mulia di kancah internasional. Namun, al-quran tidak memangdang bahwa seseorang yang beriman itu benar, kecuali jika ia berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan jiwanya. (49 : 15).
Sebaliknya, jika seseorang memiliki keimanan yang lemah dan labil, ia akan lamban untuk pergi berjihad, bahkan akan mangkir. (9 : 44-45).
Bahkan, jika mereka yang berperang (mujahid) tidak memiliki keimanan lagi, hal ini pasti merugikan mereka. (9 : 47).
Orang-orang yang lemah iman dan mereka yang tidak memiliki keimanan memandang remeh ketika perjuangan dimulai dan meninggalkan jihad itu dengan rasa gembira. (9 : 81).
Sesungguhnya keimanan itu bersifat aktif. Karena itu, dalam berjihad, seseorang harus melakukan persiapan dan membawa perbekalan, baik yang kecil maupun yang besar. Disini, tampaklah langkah kedua di jalan menuju kemenangan yang dikemukakan dalam firman Allah SWT, dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi (8 : 60).
Sesungguhnya kepada umat yang membela Allah dengan mengikuti agama-Nya yang murni, Allah elah menjamin kemenangan bagi mereka dan menjanjikan kemenangan itu kepada mereka, dan janji Allah itu tidak akan diingkari.

Inspirasi : Syaikh Abdul Halim Mahmud “Hidup Bahagia Bersama Al-Quran.”

Kisah Adam dan Hawa

(2 : 30) Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata “Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(2 : 31) “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”
(2 : 32) Mereka menjawab “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.”
(2 : 33) Allah berfirman, “wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu! Setelah Adam menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “bukankah telah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?”
(2 : 34) Ketika Kami berfirman kepada malaikat, “sujudlah kamu kepada Adam! Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.
(7 : 12) Allah berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” iblis menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
(7 : 13) (Allah) berfirman, “maka turunlah kamu darinya (surga), karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu makhluk yang hina.”
(7 : 14) (Iblis) menjawab, “berilah aku penangguhan waktu, sampai hari mereka dibangkitkan.”
(7 : 15) (Allah) berfirman, “Benar kamu termasuk diberi penangguhan waktu.”
(7 : 16) (Iblis) menjawab, “karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,
(7 : 17) Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
(7 : 18) (Allah) berfirman, “keluarlah kamu dari sana (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sesungguhnya barang siapa diantara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua.”
(20 : 117) Kemudian Kami berfirman, “wahai Adam! Sungguh ini (iblis) musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu celaka.
(20 : 118) Sungguh, ada (jaminan) untukmu disana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang.
(20 : 119) Dan sungguh, disana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa panas matahari.”
(20 : 19) Dan (Allah berfirman), “wahai Adam! Tinggallah engkau bersama istrimu di surga dan makanlah apa saja yang kamu berdua sukai. Tetapi jangan kamu berdua dekati pohon yang satu ini (apabila didekati) kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.”
(7 : 20) Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka ( yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, “Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga).”
(7 : 21) Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, “sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasehatmu.”
(7 : 22) Dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”
(7 : 23) Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengmpuni kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”
(7 : 24) (Allah) berfirman, “Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain . bumi adalah tempat kediaman dan kediamanmu sampai waktu yang telah ditentukan. Di sana kamu hidup, disana kamu mati, dan dari sana (pula) kamu akan dibangkitkan.
(20 : 123) Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
(20 : 124) Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.
(20 : 127) Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya.

Dapat kita saksikan bahwa ketika Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi, malaikat bertanya “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?”. Kita mengetahui bahwa malaikat tidak pernah membangkang perintah Allah, namun kenapa ketika Allah hendak menjadikan manusia khalifah di bumi, malaikat mempertanyakan perihal tersebut? kemudian malaikat membandingkan ketaatan mereka dengan manusia, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?. Di sini malaikat hanya melihat manusia dari sisi jahatnya saja, dimana malaikat mengatahui bahwa manusia mempunyai karakter merusak dan saling membunuh. Tetapi Allah kemudian menjelaskan, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Allah menguji malaikat untuk menjelaskan nama benda-benda ciptaan-Nya, namun malaikat tidak mampu menjawabnya. Ketika Allah memerintahkan kepada Adam untuk menjelaskan nama benda-benda tersebut, Adam mampu menjawabnya. Disinilah letak kelebihan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia diberi kelebihan oleh Allah berupa akal, dimana dengan akal tersebut manusia bisa lebih tinggi derajatnya dibandingkan malaikat. Akhirnya malaikatpun menyadari bahwa Allah telah menetapkan demikian, dan ketika Allah memerintahkan kepada mereka untuk bersujud kepada Adam sebagai tanda penghormatan, semuanya sujud kecuali iblis, dia merasa lebih baik dibandingkan Adam karena dia terbuat dari api. Perbuatan iblis ini membuat Allah murka, sehingga Allah mengusirnya dari surga. Dan mengatakan dia sesat dan terhina. Karena tidak ada makhluk yang berhak menyombongkan diri.
Karena iblis merasa terhina, dia mengajukan penangguhan. Dan penangguhan tersebut disetujui Allah. Karena rasa kesalnya iblis terhadap Adam, maka dia berusaha memalingkannya dari jalan yang lurus. Sehingga Adam dan hawa pun terkena bujuk rayunya dan mengalami pengusiran dari surga. Mereka berdua benar-benar menyesal telah mengikuti bisikan setan. Dan meminta ampunan kepada Allah.
Namun, Allah tidak membiarkan Adam dan Hawa terusir begitu saja. Karena kasih sayng-Nya, Allah memerintahkan mereka berdua untuk menetap di bumi dengan mengikuti petunjuk Allah. Dari dua manusia ini lahirlah manusia-manusia lainnya. Dikarenakan iblis meminta pengguhan untuk menyesatkan manusia dari Jalan Allah yang lurus, maka Allah pun memberikan petunjuk kapada manusia dengan diutusnya rasul pada tiap umat untuk menjadi khalifah (menegakkan Dinullah di bumi).
Dan diantara manusia ada yang mengikuti petunjuk Tuhannya, ada juga yang tidak mengikuti petunjuk Tuhannya. Dan pada saatnya nanti manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat untuk mempertanggungjawabkan tugasnya di bumi.

Tausiyah

Syawal bulan peningkatan, pelihara nilai kepatuhan terhadap syariat Allah, bukti kesetiaan sebagai hamba. Jagalah dari kesia-siaan niat, ucap dan amal.

Ketika kita berpikir untuk mendapat ridha-Nya dan surga, ingatlah ada makhluk yang siap merontokkannya, itulah setan dan tentaranya. Berlingdunglah kepadaNya dengan benar.

Orang beriman pasti diuji, sehingga nampaklah kualitasnya. Mengimani risalah Muhammad SAW akan diuji dengan berbagai fitnah. Itulah sunnatullah.

Kuatkan jiwa, tingkatkan amal. Tiada hari tanpa bakti, tiada masa tanpa menghamba. Jadikan Allah sebagai orientasi hidupmu.

Kebahagiaan hidup hakiki adalah ketik pertanggungjawaban hidup diterima Allah. Sudah kita yakinkah dengan amalan kita selama ini akan diterima Allah?

Pola hidup mukmin ialah setiap niat, ucap dan langkahnya lahir dari pengakuan dan pembenaran terhadap keesaan Allah SWT, serta keridhaan dirinya menjadi hamba.

Pola hidup muslim ialah menjadikan syariat Allah sebagai alasan dirinya beramal, sehingga dirinya taat patuh pada ketetapanNya.

Dari lelahnya menjalani hari ini, adakah amalan yang kita banggakan dan mengangkat derajat kita dihadapanNya? Bangkitlah menuju keridhaan Allah, bukankah itu yang dicari di dunia ini dan itu pula yang sangat diharapkan di akherat kelak? Masih sibuk mencari-cari alasan untuk tidak berdiri tegak membela al-islam? Ketahuilah Allah Maha Mengetahui yang terlahir dan tersembunyi dari dirimu.

Jadikan hari ini sebagai awal memulai perubahan menuju pribadi yang mencintai dan dicintai Allah. Semoga hari ini lebih baik dibandingkan hari sebelumnya.

Disiplin terhadap aturan, tatacara, dan rukun, ini satu pelajaran dari shalat yang kita lakukan. Mari tegakkan shalat dengan disiplin pada auranNya di semua aspek. Satu langkah kita jalani, saat itu pula kita siap mempertanggungjawabkan di hadapanNya. Saudaraku, peliharalah niat, ucap dan amalmu.

Semua yang ada pada kita, harta dan jiwa adalah milik Allah. Sudahkah didayagunakan sesuai dengan kehendakNya? Itulah hakekat seorang mukmin.

Keteraturan alam semesta sebagai wujud terikat dalam tunduknya pada ketetapanNya, kekacauan moral, social saat ini adalah bukti diabaikanNya aturanNya. Setuju?

Mengapa seseorang sulit memaafkan yang lainnya. Bukankah Allah yang dipujanya adalah Dzat yang Maha Pengampun? Adakah yang mau melepaskan kebahagiaan di surga, dengan melakukan hal yang dilarangNya atau meninggalkan yang diperintahNya, hingga untuk kesenangan nafsu sesaat? Ataukah merelakan dirinya dalam kehinaan dan dasyat siksa neraka, dengan mendekati maksiat, mengkhianati amanahNya?

Seringkali suara hati kita berbicara untuk tunduk dan patuh pada ketetapan Allah, namun seringkali suara hati itu diabaikan oleh kepentingan dan nafsu sesaat.

Berbahagialah orang yang pernah menangis dalam penyesalannya. Berbahagialah orang yang meneteskan air mata karena waspadai dirinya dihadapan Allah. Berbahagialah orang yang menangis sebelum dating saat dia akan ditangisi. Berbahagialah orang yang menjadikan tangisannya sebagai peringatan bagi dirinya.

Bagaimana diri merasa telah sempurna, padahal Nabi yang mulia senantiasa bermohon ampun kepada Kholiknya 100X dalam sehari semalam. Demikian pula sahabatnya Abu Bakar yang bergelas Sh Shiddiq selalu menagis tersungkur dan sujud ketika ingat bahwa sakaratulmaut dengan rasa sakitnya dapat menggoyahkan iman dan islam seseorang. Demikian pula Ali bin Abi Thalib sering pingsan dalam dzikir dan doanya. Bagaimanakah dengan kita?

Apabila bekerja, kerjakanla sesuatu dengan tulus, ikhlas dan jujur seperti malaikat. Dimana setiap aktiitas hidup dijadikan ibadah kepada Allah. Sudahkah kita berbuat demikian?

Ketaatan dalam suatu perintah tidak ada batasannya, Allah menerima ketaatan sesuai dengan kemampuan hambaNya, sedangkan dalam perkara larangan tidak ada dispensasi, karena itu larangan harus dijauhi dengan sempurna tanpa pengecualian sedikit pun.


Mulai saat ini marilah kita luruskan niat dalam aktifitas hidup kita hanya mengharap keridhaanNya. Kita yakin bahwa Allah dan malaikatNya selalu mengawasi kita setiap waktu.

Allah mengetahui orang-orang yang beriman dan orangorang yang munafik. Diantara manusia ada yang mendapt azab dari Allah, dikarenakan mereka tidak menjalankan aturan Allah di muka bumi ini, dan mereka tidak mensyukuri nikmat yang telah diterima dari Allah, termasuk kedalam golongan yang beriman atau manafikkah diri kita? Renungkanlah saudaraku.

Seorang hamba berani berkorban untuk mengejar yang dicintainya, harta, waktu, juga perasaan. Siapakah yang dicintai kita? Allahkah? Jika engkau benar-benar mencintai Allah, sudahkah syareatNya menjadi standar setiap langkah yang kita ambil?

Sudahkah semua gerak langkah, kedipan mata, desahan nafas dan detak jantung, semuanya telah dipotensikan dalam rangka membuktikan ketaatan kepadaNya?

Jiwa besar ialah keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan perbuatan yang pernah dilakukan orang lain (to forgive and to forget) karena pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa.

Barangsiapa yang menyembah Tuhan yang lain disamping Allah, padahal tidak ada dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya dihadapan Allah (23:117). Tuhan disamping Allah bagi mereka bisa hawa napsu, ada yang dicintai selain Allah, ada sumber ketentraman selain dari Allah.

Tujuan hidup manusia adalah mencari kebahagiaan yang hakiki (diakherat), dengan cara berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya di dunia. Allah akan terus membantu upaya manusia tersebut, selama ia berbuat kemaslahatan, kebaikan dan berlaku adil dengan cara menghindari kerusakan dimuka bumi akibat keserakahan hawaa yang tidak lagi terkendali.

Jangan berprinsip pada sesuatu yang labil dan tidak pasti seperti harta, nafsu hewani, keduduka, penghargaan orang lain atau apapun selain Allah. Hal ini akan membuat mental Anda siap menghadapi kemungkinan apapun yang akan terjadi pada diri anda. Sudahkah berprinsip hanya kepada Allah?

Dalam doa iftitah ketika shalat ada komitmen yang diucapkan bahkan sebuah proklamasi kemerdekaan manusia yang terucap dalam untaian kalimat, “inilah wajahku, pengorbananku, hidup dan matiku hanya untukmu, ya Allah.” Sudahkah kita merealisasikan dalam hidup kita ?

Ya! Gerak! Seorang pribadi muslim harus bergerak, harus dinamis, karena tidak selamanya hidup ini akan berdiri (perlambang kejayaan), suatu saat kita harus ruku (umur setengah baya), kemudian sujud (umur pun mulai uzur). Ini seakan memberikan isyarat bahwa pribadi yang statis, sesungguhnya sedang berada dalam kematian.

Kenapa kita sulit sekali memaafkan orang lain, padahal Allah Maha Adil, dan setiap yang dilakukan manusia pasti tidak akan luput dari pengadilan Allah (42:40-43)

Kenapa manusia sering terjebak pada kabar yang belum jelas kebenarannya, padahal Allah memerintahkan kepada kita bahwa “dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui karena pendengaran, penglihaan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya” (17:36). Marilah berfikir objektif terhadap berita yang ada.

Saudaraku, bila malaikat maut dating tiba-tib dihadapan kita, sudah siapkah bekal kita di dunia ini untuk mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kelak?

Ketika taqwa membujuk qalbu untuk berpihak kepada Allah, maka sang hawaa memaksanya untuk berpaling. Konflik batiniah merupakan salah satu fitrah manusia dan dengan iman dan taqwa itulah, manusia harus memenangkan pertempuran dahsya tak kenal henti.

Tiada nafas tanpa tasbih, tiada nikmat tanpa syukur, tiada permulaan amal tanpa baca basmallah, tiada pertemuan tanpa salam, tiada pembicaraan tanpa senyum dan keramahan, tiada kesalahan tanpa istighfar, tiada perselisihan tanpa islah, inilah Islam.

Wahai manusia! Ingatlah akan nikmat Allah kepadanu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia, maka mengapa kamu berpaling (dari ketauhidan) 35:3. nikmat Allah yang mankah yang kau dustakan?

Manusia diberi kebebasan untuk memilih dua jalan. Bagi orang yang memilih jalan ke neraka, maka ia akan masuk neraka. Bagi orang yang berusaha untuk menempuh jalan surga, maka dia akan masuk surga. Masuk neraka atau surga adalah pilihan manusia. Jalan menuju neraka atau surga adalah ketetapan Allah SWT.

Dengan qalbu, Allah ingin memanusiakan manusia, memuliakan dari segala makhluk yang diciptakanNya. Sebaliknya, karena qalbu pula, manusia membinaangkan dirinya sendiri. Qalbu merupakan padang pertempuran yang paling dahsyat, dimana kebenaran akan selalu bertempur dengan kebathilan, cahaya berhadapan dengan kegelapan.

Bangun motivasi anda karena anda adalah makhluk Allah yang sempurna dan anda adalah wakil Allah di dunia. Raihlah cita-cita dan harapan anda dengan kemauan yang kuat membara.

Kematian itu pasti dating kepada setiap orang. Entah dia zalim ataupun yang dizalimi, yang kuat maupun yang lemah, yang kaya maupun yang miskin. Kematian yang akan anda hadapi nanti bukan sesuatu yang baru. Kerena orang-orang sebelum dan setelah anda juga pasti mati. Sudah siapkah bekal anda menghadapi kematian?

Cintailah orang yang anda cintai sesuai dengan kadarnya, sebab bisa saja suatu hari nanti dia menjadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sesuai dengan kadarnya, sebab bisa saja suatu hari nanti dia menjadi orang yang anda cintai. Hadist rasul.

Jika yang memberi rizki adalah Allah, mengapa manusia harus menjilat dan mengapa harus merendahkan diri dihadapan orang lain hanya karena ingin mendapatkan rezeki dari sesame manusia?

Kebahagiaan, kedamaian, dan ketentraman hai senantiasa berawal dari ilmu pengetahuan. Itu terjadi karena ilmu mampu menembus yang samar, menemukan sesuatu yang hilang dan menyingkap yang tersembunyi, selain itu, naluri dari jiwa manusia itu adalah selalu ingin mengetahui hal-hal yang baru dan ingin mengungkap sesuatu yang menarik.

Berhentinya seorang mukmin dari aktifitas adalah kelalaian. Kekosongan adalah musuh yang mematikan dan kesengangan adalah sebuah kemalasan. Dan kebanyakan orang selalu gundah dan hidup dalam kecemasan adalah mereka yang terlalu banyak waktu senggangnya dan sedikit aktifitasnya.


Jika yang menghidupkan, yang mematikan, dan yang memberi rizki itu adlah Allah, lalu mengapa harus ada rasa akut kepada sesama?

Yang membuat manusia selalu suntuk dan gusar adalah sikap bergantung kepada orang lain, keinginan mencari simpati mereka, keinginan untuk dipuji, dan keinginan untuk tidak dicela. Padahal ini merupakan kelemahan dalam bangunan tauhidnya.

Hidup adalah pilihan dan setiap pilihan merupakan tanggungjawab pribadinya. Mereka tidak mungkin menyalahkan pihak manapun karena pada akhirnya semua pilihan ditetapkan oleh dirinya sendiri.

Renungan ayat 5:54, menjadikan kita memilih menjadi generasi pengganti atau yang digantikan.

Renungan Qu

Renungan 1 :
Ukuran benar atau salah, bukan ada pada perasaan diri. Apa yang Allah ridhai untuk saat ini? Apa yang berlaku di masyarakat ini? Siap Raja yang Haq? Siapa yang berhak disembah? Kalau bukan Allah, siapa yang akan menjadi penolong Allah? Siapa yang siap menjadi umat Rasulullah SAW saat ini? Penyakit hati bukan alasan untuk diam! Tapi, itu harus dibereskan. Jadilah generasi yang dijanjikan Allah untuk menggantikan, jangan menjadi generasi tergantikan.

Renungan 2 :
Masalah gender masalah yang senantiasa berulang dalam sejarah. Jahiliyah Mekkah sangat merendahkan perempuan. Masa itu perempuan menjadi warga kelas dua, yang bisa dibuang, dijual, diceraikan dengan mudahnya. Tidak punya hak pembelaan. Islam datang untuk membebaskan hal tersebut, menempatkan dalam tempat yang dikehendaki Allah. Kalau merujuk beberapa ayat seperti 9:67 dst, disana ada posisi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Kemungkinan beriman atau menjadi munafik sama peluangnya dalam islam, yang membedakan adalah fungsi dan peran dalam ibadah. Keharusan menjadi mukmin, muslim, dan mujahid adalah sama, adapun penciptaan nabi Adam dan hawa, keduanya prosesnya ajali bukan alami, dan hak Allah menciptakan.

Renungan 3 :
Sebagai suatu sunnatullah yang telah belaku sejak dahulu, kamu skali-kali tidak akan menemukan perubahan bagi sunnatullah (48:23). Sunnatullah adalah ketetapan Allah yang pasti berlaku di sepanjang sejarah manusia. Sunnatullah ada dalam bentuk pengaturan alam semesta, artinya seluruh alam terikat pada sunnatullah, seperti matahari terbit dan terbenam pada orbitnya. Sunnatullah bagi manusia itu yang tercantum dalam kitabullah. Barang siapa yang sesuai akan menemui kebahagiaan di dunia dan akherat, yang tidak sesuai akan menemui kesengsaraan hidup.
Sunnatullah perjuangan, ketika islam dikuasai musuh maka ajarannya akan hilang, harus muncul pelaku-pelaku yang siap menegakkannya.

Renungan 4 :
8:24 tidak terlepas dari beberapa ayat sebelumnya tentang kriteria orang yang beriman, yang mendengar dan menaati, berbeda dengan yang menentangnya. Membatasi yang dimaksud adalah hidayah, apa-apa yang sampai pada pendengaran, penglihatan atau akalnya, belum tentu akan menjadi keyakinan di kalbunya.

Renungan 5 :
Kita harus objektif sesuai Alquran dan sunnah. Kita belajar untuk benar bukan yang paling benar. Allah itu benar bukan yang paling benar, Alquran itu benar bukan kitab yang paling benar, Islam itu benar bukan yang paling benar. Kata paling benar mensyaratkan pengakuan semua benar tetapi ada yang paling benar. Berpikir plural sudah menjangkiti umat islam, sehingga sulit menentukan sikap, akhirnya mengakui semua benar, semua berjuang untuk islam.

Renungan 6 :
Filsafat adalah metodologi ilmu untuk mencari kebenaran atau hakikat dari sesuatu. Untuk memahami Alquran hanya akan sampai dengan keimanan. Al-Ghozali pernah mempelajari filsafat sampai akhirnya menuliskan buku tentang kesesatan filsafat. Kemudian beliau menulis buku menghidupkan agama, mempelajari sesuai dengan metode yang dikehendaki Allah.

Renungan 7 :
Islam butuh sosok yang kritis dan analisis dalam menguraikan permasalahan yang dihadapi, tetapi sering muncul kekritisan sesuatu yang dilarang. Harus dibedakan mana yang kritis dan merasa kritis. Tokoh Islam adalah sosok yang kritis dan mau memperjuangkan cita-cita dalam kondisi apa pun. Kalau merasa kritis itu ada permasalahan, terkadang perasaan lebih kritis menutup yang lain untuk menjelaskan lebih baik.

Doa-doa dalam Al-Quran

“Ya Tuhanku, aku berlindung kepadamu dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada-Mu, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (23 : 97-98)

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang.” (21 : 83)

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (7 : 23)

“Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkau Waris Yang Paling Baik.” (21 : 89)

“Ya Allah, kepadaMu aku adukan kelemahan tenagaku, kekurangan kecerdikanku, dan kehinaanku dihadapan orang-orang. Wahai orang yang paling pengasih, Engkau adalah Tuhan orang-orang yang lemah, Engkau adalah Tuhanku, kepada siapa Engkau serahkan aku, apakah kepada yang jauh yang menerimaku dengan muka masam atau kepada musuh yang Engkau kuasai urusanku. Jika Engkau tidak murka kepadaku, aku tak peduli, tetapi maafMu amat luas bagiku. Aku berlindung kepada cahaya wajahMu yang menerangi kegelapan dan memperbaiki segala urusan dunia dan akhirat dari penimpaan murkaMu kepadaku atau penempatan marahMu kepadaku. milikMu keridhaan hingga Engkau ridha, dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan)Mu.

“Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”

“Ya Tuhan kami, janganlah Enkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia).” (3 :8)


“Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami telah mengikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi tentang keesaan Allah.”

“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (3 : 147)

“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini (penciptaan langit dan bumi) dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (3 : 191)

“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasulMu. Dan janganlah Engkau inakan kami pada hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (3 : 194)

“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini(Makkah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisiMu.” (4 : 75)

“Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Alquran dan kenabian Muhammad).” (5 : 83)

“Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang dating sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaanMu, berilah kami rezeki, dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.” (5 : 114)

“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dn wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepadaMu).” (7: 126)

“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku, dan masukanlah kami ke dalam rahmatMu, dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang diantara segala yang menyayangi.” (7 : 151)

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmatMu dari (tipu daya) orang-orang yang kafir.” (10 : 85-86)

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang eap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dn kedua ibu bapakku dan sekalian orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (14 : 40-41)

“Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (18 : 10)

“Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku.” (20 : 25-28)

“Ya Tuhanku, jka Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang diancamkan kepada mereka, ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku berada diantara orang-orang yang zalim.” (23 : 93-94)

“Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung pula kepadaMu, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (23 : 97-98)

“Ya Tuhanku, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah pemberi rahmat Yang Paling Baik.” (23 : 109)

“Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya itu kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (25 : 65-66)

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami0, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (25 : 74)

“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memusakai surgayang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (26 : 83-89)

“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmatMu ke dalam golongan hamba-hamabMu yang saleh,” (27 : 19)

“Ya Tuhanku, sesunguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku.” (28 : 16)

“Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmuMu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalanMu dan peliharalah mereka dari siksa neraka yang bernyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘And yang telah Engkau janjikan kepada mereka, istri-istri mereka dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.” (40 : 7-8)

“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau berikan kepadakudan ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepadaMu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orng yang berserah diri.” (40 : 15)

“Ya Tuhan kami beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun dan Maha Penyayang.” (59 : 10)

“Ya Tuhan kami, hanya kepadaMu kami bertawakal dan hanya kepadaMu kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami, ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.” (60 :4-5)

“Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai Subuh, dari kejahatan makhluknya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan perempuan-perempuan tukang sihir yang mengembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.” (113 : 1-5)

“Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan(bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) kedalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (114 : 1-6)

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami mohon pertolongan. Tunjukkilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (1 : 1-7)