Rabu, 08 Juli 2009

Rintihan Hati

Semakin jauh jarak perjalanan diri hamba
beribu macam cobaan mewarnai ruang dan masa
ada kalanya hati merasa tak berdaya
di saat raga enggan penuhi ujian dunia
hidup bahagia jadi impian
namun kenyataan selalu berbeda
berusaha dan berjuang serta berdoa
ya Ilahi
hamba berserah diri saat hati teruji
tujukkanlah jalan yang telah kau beri
kuatkan iman kami
jagalah hamba dari fitnah dan dengki,
iri hati dan sombong diri
langkah kami tak lepas dari firman-Mu
Ilahi

mendengar senandung nasyid ini membuat hati terngiuh,
karena terkadang terasa berat menjalani hidup sebagai seorang muslim,
ditambah lingkungan tak mendukung diri menjadi muslim sejati.
namun, bila kita belajar dari ikan laut, ada sebuah prinsip yang tak terwarnai oleh lingkungan. meski air laut terasa asin, namun ikan laut tidak menjadi asin, kecuali ada campur tangan manusia yang membuat ikan laut menjadi ikan asin.
seorang muslim, akan bisa menjadi muslim sejati tanpa diwarnai oleh lingkungan sekitar, apabila dia berpegang teguh pada prinsip yang benar.
karena hakekat hidup memang seperti ini. kita tidak bisa menghindari penderitaan, karena penderitaan adalah sebuah pilihan yang harus ditempuh. dengan penderitaan, kelak akan menemukan kebahagiaan. Sebagai contoh, seorang ibu akan terasa menderita ketika harus mengandung, dan menahan sakitnya melahirkan dengan susah payah. namun ketika melihat wajah yang buah hati yang lahir dengan sehat, dengan suara tangisan mungilnya, rasa sakit dalam sekejap hilang dan tak terasa. inilah buah kebahagiaan.
manusia terkadang mengeluh dengan penderitaan yang dialami. mereka selalu bertanya "mengapa harus aku yang menderita?", tapi ketika mendapat kebahagiaan, mereka tak pernah bertanya "mengapa harus aku yang bahagia?". manusia memang diciptakan dengan keunikan tersendiri dibanding makhluk lain.

Senin, 06 Juli 2009

Menuju Kemenangan dengan Izin Allah

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Quran. Dan siapakah yang menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kalian lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (9 : 111)
Kaum Muslimin sangat bergembira ketika ayat ini turun. Hal itu karena ayat ini menjelaskan dengan meyakinkan kepada mereka bahwa jihad akan dibalas dengan surga, baik hasilnya adalah kemenangan maupun kematian syahid.
Jihad, apa pun hasilnya, imbalannya adalah surga. Rasulullah SAW bersabda, “surga berada dibawah baying-bayang pedang.”
Allah SWT menjelaskan jihad orang-orang mukmin, harta yang mereka keluarkan, jiwa yang mereka korbankan, dan imbalan surga bagi mereka yang berjihad. Allah menyebut semua itu sebagai jual beli.
Yang ditransaksikan dalam jual beli ini adalah jihad; imbalannya adalah surga; penjualnya adalah orang yang berjihad; pembelinya adalah Allah SWT; tempat jual belinya adalah medan perang; dan pencatat transaksinya adalah kitab-kitab samawi. Keuntungan jihad ini telah dijamin oleh Allah SWT, apa pun hasilnya. Namun, Allah SWT tidak menentukan bahwa mereka harus gugur di medan perang. Dalam hal ini, yang menentukan jaminan Allah adalah niat berperang untuk meninggikan kalimat Allah dan membela agama-Nya.
Tentang sifat-sifat mukmin yang menjual diri dan harta mereka dengan imbalan surga, Allah SWT telah menyebutkannya dan memerincinya satu persatu. Mereka adalah orang-orang yang bertobat. Pertobatan merupakan sifat pertama yang harus dimiliki seorang mukmin ketika berhubungan dengan Allah. Pertobatan merupakan sifat yang disukai Allah SWT. Dia berfirman, “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat.” (2 : 222). Rasulullah juga bersabda, “sesungguhnya Allah berbahagia dengan pertobatan hamba-Nya yang beriman.”
Mereka yang bertobat adalah orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan jihad mereka. Mereka beribadah dengan ilmu dan ucapan mereka. Mereka membaktikan hidup mereka untuk ibadah yang tercermin dalam perjuangan, perlombaan, gerak dan diam mereka. Mereka mewujudkan firman Allah SWT (51 : 56).
Mereka yang bertobat adalah orang-orang yang memuji Allah dalam suka dan duka, dalam susah dan senang, dalam kesempitan dan kelapangan. Sebab, mereka mengetahui bahwa kebijaksanaan Allah berada di atas kebijaksanaan yang lain, dan jual beli-Nya merupakan yang paling adil.
Mereka adalah para pengembara di jalan Allah yang membawa berbagai bekal dan perlengkapan. Mereka mengembara di wilayah makrifat, ilmu pengetahuan, dan peribadahan. Slogan mereka adalah “siapa yang harinya sama dengan hari-hari sebelumnya, ia tertipu”, dan “barang siapa tidak memperoleh tambahan, ia mendapat kekurangan.” Pengembaraan itu, di semua arena, merupakan pendekatan menuju kesempurnaan pribadi yang dicintai Allah SWT.
Mereka adalah orang-orang yang ruku’ dan sujud (shalat) dengan khusuk dan penuh ketundukan. Mereka adalah orang-orang yang melakukan amar makruf dan nahi munkar kepada orang lain setelah menerapkan untuk diri mereka sendiri. Inilah yang dikemukakan Allah SWT dalam firman-Nya, …dan yang memelihara hukum-hukum Allah, dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang Mukmin itu (9 : 112). Penyampaian kabar gembira bagi Mukmin sejati merupakan pengetahuan mutlak Allah. Allah SWT menyampaikan kabar gembira kepada mereka tentang kemenangan, keamanan, dan kebahagiaan di surga.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orana Mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka” (9 : 111). Janji dan transaksi ini adalah antara Allah dan kaum Mukmin. Inilah janji keimanan. Di sini, orang Mukmin menjual diri dan hartanya, yang dipersembahkan kepada Allah SWT, sehingga ia tidak kikir dengan harta di jalan-Nya dan ia juga tidak kikir dengan jiwa ketika keadaan menuntut pengorbanannya.
Jadi, keimanan-besera sebagian syaratnya: pengorbanan harta dan jiwa- merupakan langkah pertaman, utama, dan substansif menuju kemenangan. Bahkan, ini merupakan langkah yang mendasari landasan yang benar. Inilah langkah yang harus dijadikan pijakan bangsa-bangsa dan para pemimpinnya dalam mengambil tempat yang mulia di kancah internasional. Namun, al-quran tidak memangdang bahwa seseorang yang beriman itu benar, kecuali jika ia berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan jiwanya. (49 : 15).
Sebaliknya, jika seseorang memiliki keimanan yang lemah dan labil, ia akan lamban untuk pergi berjihad, bahkan akan mangkir. (9 : 44-45).
Bahkan, jika mereka yang berperang (mujahid) tidak memiliki keimanan lagi, hal ini pasti merugikan mereka. (9 : 47).
Orang-orang yang lemah iman dan mereka yang tidak memiliki keimanan memandang remeh ketika perjuangan dimulai dan meninggalkan jihad itu dengan rasa gembira. (9 : 81).
Sesungguhnya keimanan itu bersifat aktif. Karena itu, dalam berjihad, seseorang harus melakukan persiapan dan membawa perbekalan, baik yang kecil maupun yang besar. Disini, tampaklah langkah kedua di jalan menuju kemenangan yang dikemukakan dalam firman Allah SWT, dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi (8 : 60).
Sesungguhnya kepada umat yang membela Allah dengan mengikuti agama-Nya yang murni, Allah elah menjamin kemenangan bagi mereka dan menjanjikan kemenangan itu kepada mereka, dan janji Allah itu tidak akan diingkari.

Inspirasi : Syaikh Abdul Halim Mahmud “Hidup Bahagia Bersama Al-Quran.”

Kisah Adam dan Hawa

(2 : 30) Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata “Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(2 : 31) “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”
(2 : 32) Mereka menjawab “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.”
(2 : 33) Allah berfirman, “wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu! Setelah Adam menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “bukankah telah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?”
(2 : 34) Ketika Kami berfirman kepada malaikat, “sujudlah kamu kepada Adam! Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.
(7 : 12) Allah berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” iblis menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
(7 : 13) (Allah) berfirman, “maka turunlah kamu darinya (surga), karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu makhluk yang hina.”
(7 : 14) (Iblis) menjawab, “berilah aku penangguhan waktu, sampai hari mereka dibangkitkan.”
(7 : 15) (Allah) berfirman, “Benar kamu termasuk diberi penangguhan waktu.”
(7 : 16) (Iblis) menjawab, “karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,
(7 : 17) Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
(7 : 18) (Allah) berfirman, “keluarlah kamu dari sana (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sesungguhnya barang siapa diantara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua.”
(20 : 117) Kemudian Kami berfirman, “wahai Adam! Sungguh ini (iblis) musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu celaka.
(20 : 118) Sungguh, ada (jaminan) untukmu disana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang.
(20 : 119) Dan sungguh, disana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa panas matahari.”
(20 : 19) Dan (Allah berfirman), “wahai Adam! Tinggallah engkau bersama istrimu di surga dan makanlah apa saja yang kamu berdua sukai. Tetapi jangan kamu berdua dekati pohon yang satu ini (apabila didekati) kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.”
(7 : 20) Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka ( yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, “Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga).”
(7 : 21) Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, “sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasehatmu.”
(7 : 22) Dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”
(7 : 23) Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengmpuni kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”
(7 : 24) (Allah) berfirman, “Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain . bumi adalah tempat kediaman dan kediamanmu sampai waktu yang telah ditentukan. Di sana kamu hidup, disana kamu mati, dan dari sana (pula) kamu akan dibangkitkan.
(20 : 123) Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
(20 : 124) Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.
(20 : 127) Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya.

Dapat kita saksikan bahwa ketika Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi, malaikat bertanya “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?”. Kita mengetahui bahwa malaikat tidak pernah membangkang perintah Allah, namun kenapa ketika Allah hendak menjadikan manusia khalifah di bumi, malaikat mempertanyakan perihal tersebut? kemudian malaikat membandingkan ketaatan mereka dengan manusia, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?. Di sini malaikat hanya melihat manusia dari sisi jahatnya saja, dimana malaikat mengatahui bahwa manusia mempunyai karakter merusak dan saling membunuh. Tetapi Allah kemudian menjelaskan, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Allah menguji malaikat untuk menjelaskan nama benda-benda ciptaan-Nya, namun malaikat tidak mampu menjawabnya. Ketika Allah memerintahkan kepada Adam untuk menjelaskan nama benda-benda tersebut, Adam mampu menjawabnya. Disinilah letak kelebihan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia diberi kelebihan oleh Allah berupa akal, dimana dengan akal tersebut manusia bisa lebih tinggi derajatnya dibandingkan malaikat. Akhirnya malaikatpun menyadari bahwa Allah telah menetapkan demikian, dan ketika Allah memerintahkan kepada mereka untuk bersujud kepada Adam sebagai tanda penghormatan, semuanya sujud kecuali iblis, dia merasa lebih baik dibandingkan Adam karena dia terbuat dari api. Perbuatan iblis ini membuat Allah murka, sehingga Allah mengusirnya dari surga. Dan mengatakan dia sesat dan terhina. Karena tidak ada makhluk yang berhak menyombongkan diri.
Karena iblis merasa terhina, dia mengajukan penangguhan. Dan penangguhan tersebut disetujui Allah. Karena rasa kesalnya iblis terhadap Adam, maka dia berusaha memalingkannya dari jalan yang lurus. Sehingga Adam dan hawa pun terkena bujuk rayunya dan mengalami pengusiran dari surga. Mereka berdua benar-benar menyesal telah mengikuti bisikan setan. Dan meminta ampunan kepada Allah.
Namun, Allah tidak membiarkan Adam dan Hawa terusir begitu saja. Karena kasih sayng-Nya, Allah memerintahkan mereka berdua untuk menetap di bumi dengan mengikuti petunjuk Allah. Dari dua manusia ini lahirlah manusia-manusia lainnya. Dikarenakan iblis meminta pengguhan untuk menyesatkan manusia dari Jalan Allah yang lurus, maka Allah pun memberikan petunjuk kapada manusia dengan diutusnya rasul pada tiap umat untuk menjadi khalifah (menegakkan Dinullah di bumi).
Dan diantara manusia ada yang mengikuti petunjuk Tuhannya, ada juga yang tidak mengikuti petunjuk Tuhannya. Dan pada saatnya nanti manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat untuk mempertanggungjawabkan tugasnya di bumi.

Tausiyah

Syawal bulan peningkatan, pelihara nilai kepatuhan terhadap syariat Allah, bukti kesetiaan sebagai hamba. Jagalah dari kesia-siaan niat, ucap dan amal.

Ketika kita berpikir untuk mendapat ridha-Nya dan surga, ingatlah ada makhluk yang siap merontokkannya, itulah setan dan tentaranya. Berlingdunglah kepadaNya dengan benar.

Orang beriman pasti diuji, sehingga nampaklah kualitasnya. Mengimani risalah Muhammad SAW akan diuji dengan berbagai fitnah. Itulah sunnatullah.

Kuatkan jiwa, tingkatkan amal. Tiada hari tanpa bakti, tiada masa tanpa menghamba. Jadikan Allah sebagai orientasi hidupmu.

Kebahagiaan hidup hakiki adalah ketik pertanggungjawaban hidup diterima Allah. Sudah kita yakinkah dengan amalan kita selama ini akan diterima Allah?

Pola hidup mukmin ialah setiap niat, ucap dan langkahnya lahir dari pengakuan dan pembenaran terhadap keesaan Allah SWT, serta keridhaan dirinya menjadi hamba.

Pola hidup muslim ialah menjadikan syariat Allah sebagai alasan dirinya beramal, sehingga dirinya taat patuh pada ketetapanNya.

Dari lelahnya menjalani hari ini, adakah amalan yang kita banggakan dan mengangkat derajat kita dihadapanNya? Bangkitlah menuju keridhaan Allah, bukankah itu yang dicari di dunia ini dan itu pula yang sangat diharapkan di akherat kelak? Masih sibuk mencari-cari alasan untuk tidak berdiri tegak membela al-islam? Ketahuilah Allah Maha Mengetahui yang terlahir dan tersembunyi dari dirimu.

Jadikan hari ini sebagai awal memulai perubahan menuju pribadi yang mencintai dan dicintai Allah. Semoga hari ini lebih baik dibandingkan hari sebelumnya.

Disiplin terhadap aturan, tatacara, dan rukun, ini satu pelajaran dari shalat yang kita lakukan. Mari tegakkan shalat dengan disiplin pada auranNya di semua aspek. Satu langkah kita jalani, saat itu pula kita siap mempertanggungjawabkan di hadapanNya. Saudaraku, peliharalah niat, ucap dan amalmu.

Semua yang ada pada kita, harta dan jiwa adalah milik Allah. Sudahkah didayagunakan sesuai dengan kehendakNya? Itulah hakekat seorang mukmin.

Keteraturan alam semesta sebagai wujud terikat dalam tunduknya pada ketetapanNya, kekacauan moral, social saat ini adalah bukti diabaikanNya aturanNya. Setuju?

Mengapa seseorang sulit memaafkan yang lainnya. Bukankah Allah yang dipujanya adalah Dzat yang Maha Pengampun? Adakah yang mau melepaskan kebahagiaan di surga, dengan melakukan hal yang dilarangNya atau meninggalkan yang diperintahNya, hingga untuk kesenangan nafsu sesaat? Ataukah merelakan dirinya dalam kehinaan dan dasyat siksa neraka, dengan mendekati maksiat, mengkhianati amanahNya?

Seringkali suara hati kita berbicara untuk tunduk dan patuh pada ketetapan Allah, namun seringkali suara hati itu diabaikan oleh kepentingan dan nafsu sesaat.

Berbahagialah orang yang pernah menangis dalam penyesalannya. Berbahagialah orang yang meneteskan air mata karena waspadai dirinya dihadapan Allah. Berbahagialah orang yang menangis sebelum dating saat dia akan ditangisi. Berbahagialah orang yang menjadikan tangisannya sebagai peringatan bagi dirinya.

Bagaimana diri merasa telah sempurna, padahal Nabi yang mulia senantiasa bermohon ampun kepada Kholiknya 100X dalam sehari semalam. Demikian pula sahabatnya Abu Bakar yang bergelas Sh Shiddiq selalu menagis tersungkur dan sujud ketika ingat bahwa sakaratulmaut dengan rasa sakitnya dapat menggoyahkan iman dan islam seseorang. Demikian pula Ali bin Abi Thalib sering pingsan dalam dzikir dan doanya. Bagaimanakah dengan kita?

Apabila bekerja, kerjakanla sesuatu dengan tulus, ikhlas dan jujur seperti malaikat. Dimana setiap aktiitas hidup dijadikan ibadah kepada Allah. Sudahkah kita berbuat demikian?

Ketaatan dalam suatu perintah tidak ada batasannya, Allah menerima ketaatan sesuai dengan kemampuan hambaNya, sedangkan dalam perkara larangan tidak ada dispensasi, karena itu larangan harus dijauhi dengan sempurna tanpa pengecualian sedikit pun.


Mulai saat ini marilah kita luruskan niat dalam aktifitas hidup kita hanya mengharap keridhaanNya. Kita yakin bahwa Allah dan malaikatNya selalu mengawasi kita setiap waktu.

Allah mengetahui orang-orang yang beriman dan orangorang yang munafik. Diantara manusia ada yang mendapt azab dari Allah, dikarenakan mereka tidak menjalankan aturan Allah di muka bumi ini, dan mereka tidak mensyukuri nikmat yang telah diterima dari Allah, termasuk kedalam golongan yang beriman atau manafikkah diri kita? Renungkanlah saudaraku.

Seorang hamba berani berkorban untuk mengejar yang dicintainya, harta, waktu, juga perasaan. Siapakah yang dicintai kita? Allahkah? Jika engkau benar-benar mencintai Allah, sudahkah syareatNya menjadi standar setiap langkah yang kita ambil?

Sudahkah semua gerak langkah, kedipan mata, desahan nafas dan detak jantung, semuanya telah dipotensikan dalam rangka membuktikan ketaatan kepadaNya?

Jiwa besar ialah keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan perbuatan yang pernah dilakukan orang lain (to forgive and to forget) karena pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa.

Barangsiapa yang menyembah Tuhan yang lain disamping Allah, padahal tidak ada dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya dihadapan Allah (23:117). Tuhan disamping Allah bagi mereka bisa hawa napsu, ada yang dicintai selain Allah, ada sumber ketentraman selain dari Allah.

Tujuan hidup manusia adalah mencari kebahagiaan yang hakiki (diakherat), dengan cara berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya di dunia. Allah akan terus membantu upaya manusia tersebut, selama ia berbuat kemaslahatan, kebaikan dan berlaku adil dengan cara menghindari kerusakan dimuka bumi akibat keserakahan hawaa yang tidak lagi terkendali.

Jangan berprinsip pada sesuatu yang labil dan tidak pasti seperti harta, nafsu hewani, keduduka, penghargaan orang lain atau apapun selain Allah. Hal ini akan membuat mental Anda siap menghadapi kemungkinan apapun yang akan terjadi pada diri anda. Sudahkah berprinsip hanya kepada Allah?

Dalam doa iftitah ketika shalat ada komitmen yang diucapkan bahkan sebuah proklamasi kemerdekaan manusia yang terucap dalam untaian kalimat, “inilah wajahku, pengorbananku, hidup dan matiku hanya untukmu, ya Allah.” Sudahkah kita merealisasikan dalam hidup kita ?

Ya! Gerak! Seorang pribadi muslim harus bergerak, harus dinamis, karena tidak selamanya hidup ini akan berdiri (perlambang kejayaan), suatu saat kita harus ruku (umur setengah baya), kemudian sujud (umur pun mulai uzur). Ini seakan memberikan isyarat bahwa pribadi yang statis, sesungguhnya sedang berada dalam kematian.

Kenapa kita sulit sekali memaafkan orang lain, padahal Allah Maha Adil, dan setiap yang dilakukan manusia pasti tidak akan luput dari pengadilan Allah (42:40-43)

Kenapa manusia sering terjebak pada kabar yang belum jelas kebenarannya, padahal Allah memerintahkan kepada kita bahwa “dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui karena pendengaran, penglihaan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya” (17:36). Marilah berfikir objektif terhadap berita yang ada.

Saudaraku, bila malaikat maut dating tiba-tib dihadapan kita, sudah siapkah bekal kita di dunia ini untuk mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kelak?

Ketika taqwa membujuk qalbu untuk berpihak kepada Allah, maka sang hawaa memaksanya untuk berpaling. Konflik batiniah merupakan salah satu fitrah manusia dan dengan iman dan taqwa itulah, manusia harus memenangkan pertempuran dahsya tak kenal henti.

Tiada nafas tanpa tasbih, tiada nikmat tanpa syukur, tiada permulaan amal tanpa baca basmallah, tiada pertemuan tanpa salam, tiada pembicaraan tanpa senyum dan keramahan, tiada kesalahan tanpa istighfar, tiada perselisihan tanpa islah, inilah Islam.

Wahai manusia! Ingatlah akan nikmat Allah kepadanu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia, maka mengapa kamu berpaling (dari ketauhidan) 35:3. nikmat Allah yang mankah yang kau dustakan?

Manusia diberi kebebasan untuk memilih dua jalan. Bagi orang yang memilih jalan ke neraka, maka ia akan masuk neraka. Bagi orang yang berusaha untuk menempuh jalan surga, maka dia akan masuk surga. Masuk neraka atau surga adalah pilihan manusia. Jalan menuju neraka atau surga adalah ketetapan Allah SWT.

Dengan qalbu, Allah ingin memanusiakan manusia, memuliakan dari segala makhluk yang diciptakanNya. Sebaliknya, karena qalbu pula, manusia membinaangkan dirinya sendiri. Qalbu merupakan padang pertempuran yang paling dahsyat, dimana kebenaran akan selalu bertempur dengan kebathilan, cahaya berhadapan dengan kegelapan.

Bangun motivasi anda karena anda adalah makhluk Allah yang sempurna dan anda adalah wakil Allah di dunia. Raihlah cita-cita dan harapan anda dengan kemauan yang kuat membara.

Kematian itu pasti dating kepada setiap orang. Entah dia zalim ataupun yang dizalimi, yang kuat maupun yang lemah, yang kaya maupun yang miskin. Kematian yang akan anda hadapi nanti bukan sesuatu yang baru. Kerena orang-orang sebelum dan setelah anda juga pasti mati. Sudah siapkah bekal anda menghadapi kematian?

Cintailah orang yang anda cintai sesuai dengan kadarnya, sebab bisa saja suatu hari nanti dia menjadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sesuai dengan kadarnya, sebab bisa saja suatu hari nanti dia menjadi orang yang anda cintai. Hadist rasul.

Jika yang memberi rizki adalah Allah, mengapa manusia harus menjilat dan mengapa harus merendahkan diri dihadapan orang lain hanya karena ingin mendapatkan rezeki dari sesame manusia?

Kebahagiaan, kedamaian, dan ketentraman hai senantiasa berawal dari ilmu pengetahuan. Itu terjadi karena ilmu mampu menembus yang samar, menemukan sesuatu yang hilang dan menyingkap yang tersembunyi, selain itu, naluri dari jiwa manusia itu adalah selalu ingin mengetahui hal-hal yang baru dan ingin mengungkap sesuatu yang menarik.

Berhentinya seorang mukmin dari aktifitas adalah kelalaian. Kekosongan adalah musuh yang mematikan dan kesengangan adalah sebuah kemalasan. Dan kebanyakan orang selalu gundah dan hidup dalam kecemasan adalah mereka yang terlalu banyak waktu senggangnya dan sedikit aktifitasnya.


Jika yang menghidupkan, yang mematikan, dan yang memberi rizki itu adlah Allah, lalu mengapa harus ada rasa akut kepada sesama?

Yang membuat manusia selalu suntuk dan gusar adalah sikap bergantung kepada orang lain, keinginan mencari simpati mereka, keinginan untuk dipuji, dan keinginan untuk tidak dicela. Padahal ini merupakan kelemahan dalam bangunan tauhidnya.

Hidup adalah pilihan dan setiap pilihan merupakan tanggungjawab pribadinya. Mereka tidak mungkin menyalahkan pihak manapun karena pada akhirnya semua pilihan ditetapkan oleh dirinya sendiri.

Renungan ayat 5:54, menjadikan kita memilih menjadi generasi pengganti atau yang digantikan.

Renungan Qu

Renungan 1 :
Ukuran benar atau salah, bukan ada pada perasaan diri. Apa yang Allah ridhai untuk saat ini? Apa yang berlaku di masyarakat ini? Siap Raja yang Haq? Siapa yang berhak disembah? Kalau bukan Allah, siapa yang akan menjadi penolong Allah? Siapa yang siap menjadi umat Rasulullah SAW saat ini? Penyakit hati bukan alasan untuk diam! Tapi, itu harus dibereskan. Jadilah generasi yang dijanjikan Allah untuk menggantikan, jangan menjadi generasi tergantikan.

Renungan 2 :
Masalah gender masalah yang senantiasa berulang dalam sejarah. Jahiliyah Mekkah sangat merendahkan perempuan. Masa itu perempuan menjadi warga kelas dua, yang bisa dibuang, dijual, diceraikan dengan mudahnya. Tidak punya hak pembelaan. Islam datang untuk membebaskan hal tersebut, menempatkan dalam tempat yang dikehendaki Allah. Kalau merujuk beberapa ayat seperti 9:67 dst, disana ada posisi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Kemungkinan beriman atau menjadi munafik sama peluangnya dalam islam, yang membedakan adalah fungsi dan peran dalam ibadah. Keharusan menjadi mukmin, muslim, dan mujahid adalah sama, adapun penciptaan nabi Adam dan hawa, keduanya prosesnya ajali bukan alami, dan hak Allah menciptakan.

Renungan 3 :
Sebagai suatu sunnatullah yang telah belaku sejak dahulu, kamu skali-kali tidak akan menemukan perubahan bagi sunnatullah (48:23). Sunnatullah adalah ketetapan Allah yang pasti berlaku di sepanjang sejarah manusia. Sunnatullah ada dalam bentuk pengaturan alam semesta, artinya seluruh alam terikat pada sunnatullah, seperti matahari terbit dan terbenam pada orbitnya. Sunnatullah bagi manusia itu yang tercantum dalam kitabullah. Barang siapa yang sesuai akan menemui kebahagiaan di dunia dan akherat, yang tidak sesuai akan menemui kesengsaraan hidup.
Sunnatullah perjuangan, ketika islam dikuasai musuh maka ajarannya akan hilang, harus muncul pelaku-pelaku yang siap menegakkannya.

Renungan 4 :
8:24 tidak terlepas dari beberapa ayat sebelumnya tentang kriteria orang yang beriman, yang mendengar dan menaati, berbeda dengan yang menentangnya. Membatasi yang dimaksud adalah hidayah, apa-apa yang sampai pada pendengaran, penglihatan atau akalnya, belum tentu akan menjadi keyakinan di kalbunya.

Renungan 5 :
Kita harus objektif sesuai Alquran dan sunnah. Kita belajar untuk benar bukan yang paling benar. Allah itu benar bukan yang paling benar, Alquran itu benar bukan kitab yang paling benar, Islam itu benar bukan yang paling benar. Kata paling benar mensyaratkan pengakuan semua benar tetapi ada yang paling benar. Berpikir plural sudah menjangkiti umat islam, sehingga sulit menentukan sikap, akhirnya mengakui semua benar, semua berjuang untuk islam.

Renungan 6 :
Filsafat adalah metodologi ilmu untuk mencari kebenaran atau hakikat dari sesuatu. Untuk memahami Alquran hanya akan sampai dengan keimanan. Al-Ghozali pernah mempelajari filsafat sampai akhirnya menuliskan buku tentang kesesatan filsafat. Kemudian beliau menulis buku menghidupkan agama, mempelajari sesuai dengan metode yang dikehendaki Allah.

Renungan 7 :
Islam butuh sosok yang kritis dan analisis dalam menguraikan permasalahan yang dihadapi, tetapi sering muncul kekritisan sesuatu yang dilarang. Harus dibedakan mana yang kritis dan merasa kritis. Tokoh Islam adalah sosok yang kritis dan mau memperjuangkan cita-cita dalam kondisi apa pun. Kalau merasa kritis itu ada permasalahan, terkadang perasaan lebih kritis menutup yang lain untuk menjelaskan lebih baik.

Doa-doa dalam Al-Quran

“Ya Tuhanku, aku berlindung kepadamu dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada-Mu, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (23 : 97-98)

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang.” (21 : 83)

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (7 : 23)

“Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkau Waris Yang Paling Baik.” (21 : 89)

“Ya Allah, kepadaMu aku adukan kelemahan tenagaku, kekurangan kecerdikanku, dan kehinaanku dihadapan orang-orang. Wahai orang yang paling pengasih, Engkau adalah Tuhan orang-orang yang lemah, Engkau adalah Tuhanku, kepada siapa Engkau serahkan aku, apakah kepada yang jauh yang menerimaku dengan muka masam atau kepada musuh yang Engkau kuasai urusanku. Jika Engkau tidak murka kepadaku, aku tak peduli, tetapi maafMu amat luas bagiku. Aku berlindung kepada cahaya wajahMu yang menerangi kegelapan dan memperbaiki segala urusan dunia dan akhirat dari penimpaan murkaMu kepadaku atau penempatan marahMu kepadaku. milikMu keridhaan hingga Engkau ridha, dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan)Mu.

“Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”

“Ya Tuhan kami, janganlah Enkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia).” (3 :8)


“Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami telah mengikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi tentang keesaan Allah.”

“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (3 : 147)

“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini (penciptaan langit dan bumi) dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (3 : 191)

“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasulMu. Dan janganlah Engkau inakan kami pada hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (3 : 194)

“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini(Makkah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisiMu.” (4 : 75)

“Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Alquran dan kenabian Muhammad).” (5 : 83)

“Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang dating sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaanMu, berilah kami rezeki, dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.” (5 : 114)

“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dn wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepadaMu).” (7: 126)

“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku, dan masukanlah kami ke dalam rahmatMu, dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang diantara segala yang menyayangi.” (7 : 151)

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmatMu dari (tipu daya) orang-orang yang kafir.” (10 : 85-86)

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang eap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dn kedua ibu bapakku dan sekalian orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (14 : 40-41)

“Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (18 : 10)

“Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku.” (20 : 25-28)

“Ya Tuhanku, jka Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang diancamkan kepada mereka, ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku berada diantara orang-orang yang zalim.” (23 : 93-94)

“Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung pula kepadaMu, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (23 : 97-98)

“Ya Tuhanku, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah pemberi rahmat Yang Paling Baik.” (23 : 109)

“Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya itu kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (25 : 65-66)

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami0, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (25 : 74)

“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memusakai surgayang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (26 : 83-89)

“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmatMu ke dalam golongan hamba-hamabMu yang saleh,” (27 : 19)

“Ya Tuhanku, sesunguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku.” (28 : 16)

“Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmuMu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalanMu dan peliharalah mereka dari siksa neraka yang bernyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘And yang telah Engkau janjikan kepada mereka, istri-istri mereka dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.” (40 : 7-8)

“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau berikan kepadakudan ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepadaMu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orng yang berserah diri.” (40 : 15)

“Ya Tuhan kami beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun dan Maha Penyayang.” (59 : 10)

“Ya Tuhan kami, hanya kepadaMu kami bertawakal dan hanya kepadaMu kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami, ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.” (60 :4-5)

“Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai Subuh, dari kejahatan makhluknya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan perempuan-perempuan tukang sihir yang mengembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.” (113 : 1-5)

“Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan(bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) kedalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (114 : 1-6)

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami mohon pertolongan. Tunjukkilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (1 : 1-7)

Sabtu, 04 Juli 2009

Doaku

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia).” (3 :8)

Setiap hari kefitrahan diri tergadaikan dengan tindakan-tindakan jahiliyah. Keimanan dipertaruhkan antara keinginan dan pemahaman. terkadang keinginan pribadi bertolak dengan pemahaman yang ada. Perang batin sering bergejolak untuk memihak pada kebenaran ataukah keinginan sesaat. Nurani selalu mengarahkan pada pihak yang benar, namun napsu menarik simpati akal untuk berpihak padanya. Kadang pula akalpun berusaha mencari jalan untuk menunjukkan dukungannya terhadap napsu (keinginan diri).

Entah mana yang memenangkan pertarungan batin ini, kadang nurani muncul dengan keshalehannya sehingga memunculkan spiritual dalam jiwa, kadang pula napsu tampil dengan keegoisan untuk mencari pembenaran diri dengan menguras otak untuk mendukungnya.

Dalam kehidupan sering sekali diri cenderung mengikuti napsu, namun ketika nurani mempertanyakan kembali kefitrahan diri, maka akalpun bekerja untuk mencari kebenaran tersebut.

Satu hal yang saya yakini bahwa akal takkan pernah berpaling dari kebenaran, namun dalam nyatanya manusia menggunakan akalnya untuk menutupi kebenaran tersebut guna mendukung pendapat pribadi (keegoisan diri), yang akhirnya kebenaran tercampur dengan keinginan diri.

Berimankah?

Gambaran orang-orang kafir yang mengaku beriman

Katakanlah (Muhammad), “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?” (27:59). Ayat ini mengisyaratkan kepada Rasul dan hamba-hamba Allah yang terpilih untuk menjawab tantangan Allah, apakah Allah yang lebih baik ataukah selain-Nya? Makna La Ilaha Ilallah akan terus menguji keimanan manusia disetiap zaman. Semakin berkembangnya akal manusia, maka kefitrahan manusia akan dipertaruhkan. Bahkan di ayat-ayat selanjutnya Allah menantang manusia untuk menggunakan akalnya dalam memahami makna La Ilaha Illah.

* Bukankah Dia (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air dari langit untukmu, lalu Kami tambahkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah? Kamu tidak akan mampu menumbuhkan pohon-pohonnya. Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran).

* Bukankah Dia (Allah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengukuhkan)nya dan yang menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui.

* Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.

* Bukankah Dia (Allah) yang memberi petunjuk kepada kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Mahatinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan.

* Bukankah Dia (Allah) yang menciptakan makhluk dari permulaannya, kemudian mengulanginya (lagi) dan yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Katakanlah, “kemukakanlah bukti kebenaranmu, jika kamu orang yang benar?

Setelah menjelaskan kekuasaan Allah dan nikmat yang diberikan-Nya kepada manusia, Allah menantang manusia untuk menjawab Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Ini menandakan bahwa Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk menggunakan akalnya dalam mencapai keimanan, bukan dengan ketaklidan atau latah mengatakan “Aku beriman”. Namun sayangnya, kebanyakan manusia terlena dengan kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka di dunia.

Dan mereka berkata “Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.” Dengan penuh percaya diri mereka mengaku beriman kepada Allah, tetapi ketika Allah menetapkan hukum bagi mereka, mereka enggan bahkan menolak untuk menerapkan hukum tersebut di muka bumi. Bahkan mereka merencanakan dan berusaha membunuh rasul-rasul dan pengikutnya yang memberikan peringatan kepada mereka untuk “sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (2:21). Dan mereka yang menentang tegaknya Dinullah di muka bumi adalah orang kafir yang sebenar-benarnya.

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat. Dan diantara manusia ada yang berkata, “kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta. Dan apabila dikatakan kepada mereka, “janganlah berbuat kerusakan di bumi!” mereka menjawab “sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan”. Ingatlah sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari. Dan apabila dikatakan kepada mereka, “berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman!” mereka menjawab, apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?” ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal, tetapi mereka tidak tahu. Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata “kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata “ sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.” Allah akan memperolok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk. (2:6-16)

“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (2 :27)

Ayat-ayat di atas mencerminkan orang-orang yang telah diberi peringatan oleh Muhammad dan orang-orang yang beriman untuk menegakkan kalimat La Ilaha Ilalaah di muka bumi ini, tetapi setelah mereka menerima peringatan tersebut, kebanyakan mereka kembali kepada kejahiliyahan dikarenakan penyakit yang ada dalam hati mereka. Mereka melupakan perjanjian dengan Allah (7 : 172). Dan Allah menggambarkan mereka pada ayat selanjutnya.

Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali. Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu kerena takut mati, Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (penglihatan itu) menyinari, mereka berjalan dibawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Mereka yang menolak kefitrahan hidup benar-benar rugi. Mereka membuat hukum sendiri sebagai tandingan hukum Allah (5 : 50). Mereka hendak merubah penciptaan Allah. Sesungguhnya Allah menciptakan manusia dengan tujuan agar mereka beribadah hanya kepada Allah saja (51 : 56). Dan Allah telah menetapkan aturan hidup manusia (alquran) agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan diutusnya rasul pada tiap umat.

Motto Hidup

Berani Mencoba

Jangan takut gagal sebelum mencoba
Jangan takut jatuh sebelum melangkah
Kesuksesan selalu milik kita yang berani mencoba
Kehidupan ini apa yang tidak mungkin
Hanya sering kali belum pernah dicoba