Sabtu, 23 Juli 2011

Cinta dimasa SMA, cinta monyet ataukah cinta yang sesungguhnya?

Ada kisah salah satu muridku yang tiba-tiba bertanya ketika kegiatan belajar mengajar akan berakhir, sebut saja namanya Deden.

Deden : “bu boleh tidak aku curhat?”

Bu widi : “kamu berani bayar ibu berapa?”

Deden : “yah ibu mah, pake bayaran jeh, ga jadi dech!”

Beberapa saat kemudian, “bu beneran nih aku pingin banget curhat ma ibu, boleh ya?”

Bu widi : “memangnya kamu mau curhat tentang apa?”

Deden : “masalah hati bu, boleh ya?”

Bu widi : “kamu yakin mau cerita di sini, kan banyak teman-temanmu yang tahu nanti”

Deden : “ga papa bu, bener nih bu boleh?”

Bu widi : “ya silahkan aja klo kamu ga malu yang lain tahu masalahmu”

Deden : “gini bu, aku punya cewe, tapi dia minta aku melupakan dia bu, sedangkan aku dah cinta mati ma dia bu.”

Bu widi : “mungkin dia dah ga cinta lagi ma kamu”.

Deden : “nggak bu, dia bilang justru karena dia sayang ma aku dia minta aku melupakan dia dan mencari penggantinya. Hatiku dah mantap ma dia bu, Cuma dia.”

Bu widi : “lah….bukannya itu bagus, berarti kamu bias nyari cewe lain yang lebih baik dari dia.”

Deden : “yah ibu mah, aku kan dah bilang aku cinta mati ma dia bu. Aku ga bias mencintai cewe lain.”

Bu widi : “terus kenapa dia bias nyuruh kamu melupakan dia, masalahnya apa?”

Deden : “dia mau bekerja di luar negeri bu, dia bilang aku ga usah nunggu dia, dan minta tuk mencoba nyari cewe yang lain. Padahal aku dah bilang aku mau menunggu dia dan akan tetap setia padanya, tapi dia maksa agar aku melupakan dia bu, aku harus gimana dong bu?”

Bu widi : “ya udah cari aja cewe lain yang lebih baik. Lagi pula ngapain juga kamu nunggu dia, sakit loh!”

Deden : “iya sih bu, tapi aku ga mau putus ma dia bu. Aku masih cinta ma dia. Aku Cuma saying ama dia”

Bu widi : “ya klo gitu, silahkan saja kamu menyakiti dirimu sendiri, klo dia ngomong seperti itu berarti dia dah ga cinta lagi ma kamu.”

Deden : “ah ibu mah, trus aku mesti gimana bu?”

Bu widi : “lupakan dia, dan focus tuk belajar, klo kamu memang berjodoh sama dia, nanti juga akan dipertemukan lagi. Sekarang kamu belajar aja yang benar, biar jadi orang sukses, klo dah sukses cewe manapun yang kamu mau pasti dapat.”

Deden : “tapi susah bu, aku ga bias melupakannya”

Bu widi : “di coba aja, nanti juga kamu bias melupakannya, apalagi kalo ada cewe lain yang menggaet hatimu, dia pasti hilang dari ingatanmu”

Deden : “ga akan mungkin bu, cintaku hanya untuk dia”

Haduh-haduh, aku ga nyangka muridku bias seperti itu, padahal kalo dilihat dari tampangnya seperti preman, namun hatinya ternyata bias melo juga.

Ini hanyalah sepenggal kisahku dengan murid-muridku. Pertama kali mengajar aku mendapatkan kelas XI TKR 2 (Teknik Kendaraan Ringan), dimana sekelas muridnya cwo smua. Awalnya aku ragu, apakah bias aku menghadapi mereka terutama kenakalan mereka, karena denger-denger dari cerita guru-guru lain bahwa kelas XI TKR 2 susah diatur. Aku masih ingat tatapan mereka ketika pertama kali aku masuk, ada yang biasa saja, ada juga yg dengan tatapan genit sambil senyam-senyum, ada juga yang langsung to the point menggoda. Maklumlah, mereka bersikap seperti itu karena kondisiku yang masih single. Dengan berjalannya waktu, akhirnya aku bias juga menaklukan hati mereka, meski butuh kesabaran yang benar-benar ekstra! Butuh pendekatan dari hati ke hati dengan mereka, apalagi aku baru lulus dari salah satu perguruan tinggi yang ada di Indramayu dan belum memiliki banyak pengalaman. Modalku adalah nekat dengan niat yang baik. Karena aku pun sewaktu di kampus aktif di beberapa organisasi kampus dan berkomunikasi dengan beberapa mahasiswa dan mahasiswi. Mengenai murid-murid yang menggodaku, awalnya aku dibuat stress oleh mereka! Sewaktu di kampus dulu, ada beberapa adik tingkat yang dating dan menembak (alias menyatakan cinta), bagiku tidak jadi masalah, aku hanya ucapkan terimakasih dan kita cukup berteman saja. SELESAI. Kini, yang aku hadapi adalah murid-muridku, dimana aku tidak bias menyamakan mereka dengan adik2 tingkatku yang menyatakan cinta. Huff, benar-benar beban mental dan psikologis. Tiap hari dapat sms “selamat pagi”, “selamat siang”, “selamat malam”, “met bobo”, “gingapainbu?” sampai kirim sms puisi. Smuanya aku nikmati dan berusaha memahami gejolak mereka yang memang dimasa-masa puber.
Aku ingin memunculkan sikap pertemanan dengan mereka, karena sesungguhnya mereka jenuh dengan sikap guru yang hanya bias marah-marah tanpa mau mendengarkan keluhan mereka. Di awal memulai pdkt, aku sering bertanya, ko bias ya? Aku kan guru mereka? Tapi, akhirnya aku menyadari bahwa mereka pun memiliki perasaan yang sebetulnya mereka sendiri juga sedang mempelajari untuk mengendalikannya. Yupz, kini ketika mereka naik ke kelas XII dan aku tidak mengajar mereka lagi, yang ada justru kerinduan, baik aku merindukan mereka dan mereka yang merindukanku. Aku rindu sikap mereka yang terkadang masih kekanak-kanakan ketika meminta perhatianku untuk menjelaskan materi yang belum mereka pahami. Mereka adalah bagian dari sejarah hidupku. Banyak pelajaran yang aku dapatkan dari mereka. Aku belajar kesabaran, pengertian, kasihsayang dan cinta karena mereka. Mendengar cerita dari wali kelas mereka yang mengatakan bahwa meraka kecewa ketika aku tidak mengajar mereka lagi, aku hanya bias tersenyum. Mungkin ini yang terbaik untuk semuanya. Saling menjaga hati.

Terimakasih untukmu, Murid-muridku

Rabu, 20 Juli 2011

Ketika Cinta Menghampiri

cinta tak pernah kupelajari di bangku sekolah, kuliah atau pun dari orang tua, cinta datang dengan sendirinya menghampiriku dan mengajakku tuk mengenalnya. berbagai orang hadir, ada yg sekedar lewat, dan berlalu dalam kehidupanku smuanya mengajarkan cinta kepadaku. ada yg membuatku serasa melayang terbuai angan-angan indah bak putri raja yang dilayani sang pangeran, kadang ada yang membuatku hanya terdiam terpaku, bingung harus berbuat apa, ada pula yang menyayat hatiku, serasa periiiih mencengkeram, dan itu semua kulalui dengan menerimanya, karena inilah takdirku. inilah pelajaran berharga yang Tuhan ajarkan padaku. tak ada KTSP, SILABUS, RPP, atau administrasi guru yang biasa aku buat diawal memulai Kegiatan Belajar Mengajar. Pelajaran cinta bukanlah teori, melainkan Tuhan menghadapkanku pada kenyataan CINTA. dan kini aku berada pada posisi diantara dua pilihan, karena CINTA yang kini hadir justru memperumitku dan memaksaku tuk memilih, CINTA SEMU atau CINTA HAKIKI?