Kamis, 12 November 2009

MUHAMMAD MAHMUD AZ-ZUBAIRI

Muhammad Mahmud Az-Zubairi lahir tahun 1910, di desa Bustan As-Sulthan, Yaman. Beliau seorang penyair, panglima berpengalaman, mujahid tangguh, politikus piawai, intelek cerdik, dan mampu menganalisa peristiwa, paham kondisi dunia Islam dan masalah-masalah yang dihadapi kaum muslimin. Beliau mendapat gelar Bapak Orang-orang Merdeka dan Penyair Revolusioner.

Ungkapan Muhammad Mahmud Az-Zubairi,
“kesatuan barisan tanpa kesatuan tujuan adalah dongeng picisan dan bualan yang tidak mungkin terjadi di kenyataan, kecuali kesepakatan yang penuh kemunafikan dan saling menipu. Kami benci kezaliman di masa keimaman (kerajaan) dan kekeliruan pada masa Republik. Sebab, prinsipnya sama, meski orang, nama, dan bentuknya berbeda. Hukum Republik yang kami inginkan, adalah hukum Republik Islami yang didasari syura, sehingga putra bangsa terendah pun dapat mengingatkan presiden dan mengkritik menteri, tanpa takut ditangkap, takut ada bom dirumahnya, atau dipecat dari jabatannya. Inilah kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya”.

Syair-syair beliau,
“inilah ruh dan pasukannya
Orang yang hendak berbuat jahat, harus waspada
Ia tidur seperti orang mati, hingga disangka mati
Tidur dan diamnya membuat mereka berbangga
Tiba-tiba muncul orang kuat dan pemberani
Menghadapi kehidupan dengan semangat baru
Kita tidak akan menukar tanah air dengan harta
Sebab tanah ini milik para syuhadanya
Palestina tanah air yang sangat berharga
Benarkah eksistensinya telah sirna?
Bumi Kasymir dan tanah yang ada padanya
Tanah suci yang menyimpan nenek moyangnya
Wahai generasi Islam, sejarah kalian sangat agung
Adakah dari kalian yang mampu mengembalikannya
Kalian yang berasal dari ujung Barat hingga ujung Timur
Yang selalu berkibar benderanya
Adalah satu alam, meski terlihat dalam dugaan
Seribu bangsa yang memiliki batas-batasnya
Alam Islam yang kokoh dan perkasa
Tak mungkin dapat dihindukan dan diyahudikan
Akan tetap menjadi fenomena yang memenuhi bumi
Musuh-musuh dan para pendekinya akan binasa”

“wahai pena,
Kemuliaanmu telah dicatat sejarah
Sekarang, engkau membangkitkan generasi dan umat
Di sini, ada beberapa hati merdeka yang bersatu
Di sini, ada kasih saying, kedekatan, dan kelembutan
Di sini, ada syariat yang memancarkan cahaya
Di sini, ada keadilan, akhlak, dan nilai-nilai mulia
Di sini, ada gunung berapi yang berontak dari tidurnya
Menerjang kezaliman dan melumat kesewenangan
Bangsa yang melepaskan rantai belenggu
Bangsa merdeka yang membuat kezaliman lari
Penjara tak melemahkannya, bahkan ia menghancurkannya
Agar tiada lagi kaki yang dimasukkan ke dalamnya
Lama ia disiksa, namun tetap sabar
Kezaliman semakin keras, tapi ia tetap bijaksana
Belenggu yang mengikat kaki ini
Menjadi panah yang membalas para durjana
Ratapan yang sering kita ucapkan secara lirih
Akan menjadi teriakan yang didengar berbagai umat
Kebenaran bermula dari keluhan orang pesakitan
Dan, berakhir dengan gelegar yang berisi pembalasan
Dermakan dirimu untuk kebenaran dan bersatulah
Percayalah kepada Allah dan berpegang teguhlah”

“kami keluar dari penjara dengan bangga
Seperti serigala keluar dari rimbanya
Kami melintasi ujung pedang
Dan, mendatangi kematian dari pintunya
Enggan kehidupan bila telah dikotori
Kelaliman dan ancaman para thagut
Berbagai peristiwa besar kami anggap enteng
Apabila bebannya menghalangi langkah kami
Kami tahu takdir pasti terjadi
Berbagai hal akan terjadi dengan sebabnya
Bila kami temui, maka sungguh indah
Kematian datang pada para pelamarnya”

“apabila darah yang mengalir di atasnya hina
Maka tak ada keadilan dalam hukum kita
Tidaklah patut orang yang teramat kejam menzalimi
Kita temui dengan senyum indah
Kita melihat kegilaannya melukai umat
Tetapi sekarang kita datang padanya untuk berdebat
Wahai seluruh pemimpin Arab dan Islam
Bangkitlah!!!
Sungguh, sudah terlalu lama tidurmu”

“alangkah besar
Bahaya yang mengiringi hari-hari Qahthan
Kalimat-kalimat mereka mengandung kepedihan
Melahirkan kebodohan, penyakit, kezaliman yang ganas
Menimbulkan ketakutan, kelaparan, dan
imam sebagian manusia terbelenggu
terikat kakinya, dan
sebagian lagi terkekang lidahnya”

“keprihatinan bangsa menyakiti ruhku
Membawanya jauh diatas yang aku cari
Berjuta-juta yang terbunuh memberikan hak kepadaku
Untuk mengqishash para algojo
Aku perangi kezaliman, meski kelihatan gemerlap dan apa pun namanya
Kening Jenghis Khan kuhajar dengan cambuk,
Dan daging kekejaman kupanggang dengan besi panas
Tiada beda orang yang berlaku zalim atas nama (London) yang berlaku lalim
Hajjaj yang mengatasnamakan rakyat, kuhajar
Leher (Jonbull) yang mengatasnamakan bangsa kupatahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar