Sabtu, 04 Juli 2009

Doaku

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia).” (3 :8)

Setiap hari kefitrahan diri tergadaikan dengan tindakan-tindakan jahiliyah. Keimanan dipertaruhkan antara keinginan dan pemahaman. terkadang keinginan pribadi bertolak dengan pemahaman yang ada. Perang batin sering bergejolak untuk memihak pada kebenaran ataukah keinginan sesaat. Nurani selalu mengarahkan pada pihak yang benar, namun napsu menarik simpati akal untuk berpihak padanya. Kadang pula akalpun berusaha mencari jalan untuk menunjukkan dukungannya terhadap napsu (keinginan diri).

Entah mana yang memenangkan pertarungan batin ini, kadang nurani muncul dengan keshalehannya sehingga memunculkan spiritual dalam jiwa, kadang pula napsu tampil dengan keegoisan untuk mencari pembenaran diri dengan menguras otak untuk mendukungnya.

Dalam kehidupan sering sekali diri cenderung mengikuti napsu, namun ketika nurani mempertanyakan kembali kefitrahan diri, maka akalpun bekerja untuk mencari kebenaran tersebut.

Satu hal yang saya yakini bahwa akal takkan pernah berpaling dari kebenaran, namun dalam nyatanya manusia menggunakan akalnya untuk menutupi kebenaran tersebut guna mendukung pendapat pribadi (keegoisan diri), yang akhirnya kebenaran tercampur dengan keinginan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar