Senin, 06 Juli 2009

Menuju Kemenangan dengan Izin Allah

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Quran. Dan siapakah yang menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kalian lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (9 : 111)
Kaum Muslimin sangat bergembira ketika ayat ini turun. Hal itu karena ayat ini menjelaskan dengan meyakinkan kepada mereka bahwa jihad akan dibalas dengan surga, baik hasilnya adalah kemenangan maupun kematian syahid.
Jihad, apa pun hasilnya, imbalannya adalah surga. Rasulullah SAW bersabda, “surga berada dibawah baying-bayang pedang.”
Allah SWT menjelaskan jihad orang-orang mukmin, harta yang mereka keluarkan, jiwa yang mereka korbankan, dan imbalan surga bagi mereka yang berjihad. Allah menyebut semua itu sebagai jual beli.
Yang ditransaksikan dalam jual beli ini adalah jihad; imbalannya adalah surga; penjualnya adalah orang yang berjihad; pembelinya adalah Allah SWT; tempat jual belinya adalah medan perang; dan pencatat transaksinya adalah kitab-kitab samawi. Keuntungan jihad ini telah dijamin oleh Allah SWT, apa pun hasilnya. Namun, Allah SWT tidak menentukan bahwa mereka harus gugur di medan perang. Dalam hal ini, yang menentukan jaminan Allah adalah niat berperang untuk meninggikan kalimat Allah dan membela agama-Nya.
Tentang sifat-sifat mukmin yang menjual diri dan harta mereka dengan imbalan surga, Allah SWT telah menyebutkannya dan memerincinya satu persatu. Mereka adalah orang-orang yang bertobat. Pertobatan merupakan sifat pertama yang harus dimiliki seorang mukmin ketika berhubungan dengan Allah. Pertobatan merupakan sifat yang disukai Allah SWT. Dia berfirman, “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat.” (2 : 222). Rasulullah juga bersabda, “sesungguhnya Allah berbahagia dengan pertobatan hamba-Nya yang beriman.”
Mereka yang bertobat adalah orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan jihad mereka. Mereka beribadah dengan ilmu dan ucapan mereka. Mereka membaktikan hidup mereka untuk ibadah yang tercermin dalam perjuangan, perlombaan, gerak dan diam mereka. Mereka mewujudkan firman Allah SWT (51 : 56).
Mereka yang bertobat adalah orang-orang yang memuji Allah dalam suka dan duka, dalam susah dan senang, dalam kesempitan dan kelapangan. Sebab, mereka mengetahui bahwa kebijaksanaan Allah berada di atas kebijaksanaan yang lain, dan jual beli-Nya merupakan yang paling adil.
Mereka adalah para pengembara di jalan Allah yang membawa berbagai bekal dan perlengkapan. Mereka mengembara di wilayah makrifat, ilmu pengetahuan, dan peribadahan. Slogan mereka adalah “siapa yang harinya sama dengan hari-hari sebelumnya, ia tertipu”, dan “barang siapa tidak memperoleh tambahan, ia mendapat kekurangan.” Pengembaraan itu, di semua arena, merupakan pendekatan menuju kesempurnaan pribadi yang dicintai Allah SWT.
Mereka adalah orang-orang yang ruku’ dan sujud (shalat) dengan khusuk dan penuh ketundukan. Mereka adalah orang-orang yang melakukan amar makruf dan nahi munkar kepada orang lain setelah menerapkan untuk diri mereka sendiri. Inilah yang dikemukakan Allah SWT dalam firman-Nya, …dan yang memelihara hukum-hukum Allah, dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang Mukmin itu (9 : 112). Penyampaian kabar gembira bagi Mukmin sejati merupakan pengetahuan mutlak Allah. Allah SWT menyampaikan kabar gembira kepada mereka tentang kemenangan, keamanan, dan kebahagiaan di surga.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orana Mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka” (9 : 111). Janji dan transaksi ini adalah antara Allah dan kaum Mukmin. Inilah janji keimanan. Di sini, orang Mukmin menjual diri dan hartanya, yang dipersembahkan kepada Allah SWT, sehingga ia tidak kikir dengan harta di jalan-Nya dan ia juga tidak kikir dengan jiwa ketika keadaan menuntut pengorbanannya.
Jadi, keimanan-besera sebagian syaratnya: pengorbanan harta dan jiwa- merupakan langkah pertaman, utama, dan substansif menuju kemenangan. Bahkan, ini merupakan langkah yang mendasari landasan yang benar. Inilah langkah yang harus dijadikan pijakan bangsa-bangsa dan para pemimpinnya dalam mengambil tempat yang mulia di kancah internasional. Namun, al-quran tidak memangdang bahwa seseorang yang beriman itu benar, kecuali jika ia berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan jiwanya. (49 : 15).
Sebaliknya, jika seseorang memiliki keimanan yang lemah dan labil, ia akan lamban untuk pergi berjihad, bahkan akan mangkir. (9 : 44-45).
Bahkan, jika mereka yang berperang (mujahid) tidak memiliki keimanan lagi, hal ini pasti merugikan mereka. (9 : 47).
Orang-orang yang lemah iman dan mereka yang tidak memiliki keimanan memandang remeh ketika perjuangan dimulai dan meninggalkan jihad itu dengan rasa gembira. (9 : 81).
Sesungguhnya keimanan itu bersifat aktif. Karena itu, dalam berjihad, seseorang harus melakukan persiapan dan membawa perbekalan, baik yang kecil maupun yang besar. Disini, tampaklah langkah kedua di jalan menuju kemenangan yang dikemukakan dalam firman Allah SWT, dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi (8 : 60).
Sesungguhnya kepada umat yang membela Allah dengan mengikuti agama-Nya yang murni, Allah elah menjamin kemenangan bagi mereka dan menjanjikan kemenangan itu kepada mereka, dan janji Allah itu tidak akan diingkari.

Inspirasi : Syaikh Abdul Halim Mahmud “Hidup Bahagia Bersama Al-Quran.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar