Senin, 06 Juli 2009

Tausiyah

Syawal bulan peningkatan, pelihara nilai kepatuhan terhadap syariat Allah, bukti kesetiaan sebagai hamba. Jagalah dari kesia-siaan niat, ucap dan amal.

Ketika kita berpikir untuk mendapat ridha-Nya dan surga, ingatlah ada makhluk yang siap merontokkannya, itulah setan dan tentaranya. Berlingdunglah kepadaNya dengan benar.

Orang beriman pasti diuji, sehingga nampaklah kualitasnya. Mengimani risalah Muhammad SAW akan diuji dengan berbagai fitnah. Itulah sunnatullah.

Kuatkan jiwa, tingkatkan amal. Tiada hari tanpa bakti, tiada masa tanpa menghamba. Jadikan Allah sebagai orientasi hidupmu.

Kebahagiaan hidup hakiki adalah ketik pertanggungjawaban hidup diterima Allah. Sudah kita yakinkah dengan amalan kita selama ini akan diterima Allah?

Pola hidup mukmin ialah setiap niat, ucap dan langkahnya lahir dari pengakuan dan pembenaran terhadap keesaan Allah SWT, serta keridhaan dirinya menjadi hamba.

Pola hidup muslim ialah menjadikan syariat Allah sebagai alasan dirinya beramal, sehingga dirinya taat patuh pada ketetapanNya.

Dari lelahnya menjalani hari ini, adakah amalan yang kita banggakan dan mengangkat derajat kita dihadapanNya? Bangkitlah menuju keridhaan Allah, bukankah itu yang dicari di dunia ini dan itu pula yang sangat diharapkan di akherat kelak? Masih sibuk mencari-cari alasan untuk tidak berdiri tegak membela al-islam? Ketahuilah Allah Maha Mengetahui yang terlahir dan tersembunyi dari dirimu.

Jadikan hari ini sebagai awal memulai perubahan menuju pribadi yang mencintai dan dicintai Allah. Semoga hari ini lebih baik dibandingkan hari sebelumnya.

Disiplin terhadap aturan, tatacara, dan rukun, ini satu pelajaran dari shalat yang kita lakukan. Mari tegakkan shalat dengan disiplin pada auranNya di semua aspek. Satu langkah kita jalani, saat itu pula kita siap mempertanggungjawabkan di hadapanNya. Saudaraku, peliharalah niat, ucap dan amalmu.

Semua yang ada pada kita, harta dan jiwa adalah milik Allah. Sudahkah didayagunakan sesuai dengan kehendakNya? Itulah hakekat seorang mukmin.

Keteraturan alam semesta sebagai wujud terikat dalam tunduknya pada ketetapanNya, kekacauan moral, social saat ini adalah bukti diabaikanNya aturanNya. Setuju?

Mengapa seseorang sulit memaafkan yang lainnya. Bukankah Allah yang dipujanya adalah Dzat yang Maha Pengampun? Adakah yang mau melepaskan kebahagiaan di surga, dengan melakukan hal yang dilarangNya atau meninggalkan yang diperintahNya, hingga untuk kesenangan nafsu sesaat? Ataukah merelakan dirinya dalam kehinaan dan dasyat siksa neraka, dengan mendekati maksiat, mengkhianati amanahNya?

Seringkali suara hati kita berbicara untuk tunduk dan patuh pada ketetapan Allah, namun seringkali suara hati itu diabaikan oleh kepentingan dan nafsu sesaat.

Berbahagialah orang yang pernah menangis dalam penyesalannya. Berbahagialah orang yang meneteskan air mata karena waspadai dirinya dihadapan Allah. Berbahagialah orang yang menangis sebelum dating saat dia akan ditangisi. Berbahagialah orang yang menjadikan tangisannya sebagai peringatan bagi dirinya.

Bagaimana diri merasa telah sempurna, padahal Nabi yang mulia senantiasa bermohon ampun kepada Kholiknya 100X dalam sehari semalam. Demikian pula sahabatnya Abu Bakar yang bergelas Sh Shiddiq selalu menagis tersungkur dan sujud ketika ingat bahwa sakaratulmaut dengan rasa sakitnya dapat menggoyahkan iman dan islam seseorang. Demikian pula Ali bin Abi Thalib sering pingsan dalam dzikir dan doanya. Bagaimanakah dengan kita?

Apabila bekerja, kerjakanla sesuatu dengan tulus, ikhlas dan jujur seperti malaikat. Dimana setiap aktiitas hidup dijadikan ibadah kepada Allah. Sudahkah kita berbuat demikian?

Ketaatan dalam suatu perintah tidak ada batasannya, Allah menerima ketaatan sesuai dengan kemampuan hambaNya, sedangkan dalam perkara larangan tidak ada dispensasi, karena itu larangan harus dijauhi dengan sempurna tanpa pengecualian sedikit pun.


Mulai saat ini marilah kita luruskan niat dalam aktifitas hidup kita hanya mengharap keridhaanNya. Kita yakin bahwa Allah dan malaikatNya selalu mengawasi kita setiap waktu.

Allah mengetahui orang-orang yang beriman dan orangorang yang munafik. Diantara manusia ada yang mendapt azab dari Allah, dikarenakan mereka tidak menjalankan aturan Allah di muka bumi ini, dan mereka tidak mensyukuri nikmat yang telah diterima dari Allah, termasuk kedalam golongan yang beriman atau manafikkah diri kita? Renungkanlah saudaraku.

Seorang hamba berani berkorban untuk mengejar yang dicintainya, harta, waktu, juga perasaan. Siapakah yang dicintai kita? Allahkah? Jika engkau benar-benar mencintai Allah, sudahkah syareatNya menjadi standar setiap langkah yang kita ambil?

Sudahkah semua gerak langkah, kedipan mata, desahan nafas dan detak jantung, semuanya telah dipotensikan dalam rangka membuktikan ketaatan kepadaNya?

Jiwa besar ialah keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan perbuatan yang pernah dilakukan orang lain (to forgive and to forget) karena pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa.

Barangsiapa yang menyembah Tuhan yang lain disamping Allah, padahal tidak ada dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya dihadapan Allah (23:117). Tuhan disamping Allah bagi mereka bisa hawa napsu, ada yang dicintai selain Allah, ada sumber ketentraman selain dari Allah.

Tujuan hidup manusia adalah mencari kebahagiaan yang hakiki (diakherat), dengan cara berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya di dunia. Allah akan terus membantu upaya manusia tersebut, selama ia berbuat kemaslahatan, kebaikan dan berlaku adil dengan cara menghindari kerusakan dimuka bumi akibat keserakahan hawaa yang tidak lagi terkendali.

Jangan berprinsip pada sesuatu yang labil dan tidak pasti seperti harta, nafsu hewani, keduduka, penghargaan orang lain atau apapun selain Allah. Hal ini akan membuat mental Anda siap menghadapi kemungkinan apapun yang akan terjadi pada diri anda. Sudahkah berprinsip hanya kepada Allah?

Dalam doa iftitah ketika shalat ada komitmen yang diucapkan bahkan sebuah proklamasi kemerdekaan manusia yang terucap dalam untaian kalimat, “inilah wajahku, pengorbananku, hidup dan matiku hanya untukmu, ya Allah.” Sudahkah kita merealisasikan dalam hidup kita ?

Ya! Gerak! Seorang pribadi muslim harus bergerak, harus dinamis, karena tidak selamanya hidup ini akan berdiri (perlambang kejayaan), suatu saat kita harus ruku (umur setengah baya), kemudian sujud (umur pun mulai uzur). Ini seakan memberikan isyarat bahwa pribadi yang statis, sesungguhnya sedang berada dalam kematian.

Kenapa kita sulit sekali memaafkan orang lain, padahal Allah Maha Adil, dan setiap yang dilakukan manusia pasti tidak akan luput dari pengadilan Allah (42:40-43)

Kenapa manusia sering terjebak pada kabar yang belum jelas kebenarannya, padahal Allah memerintahkan kepada kita bahwa “dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui karena pendengaran, penglihaan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya” (17:36). Marilah berfikir objektif terhadap berita yang ada.

Saudaraku, bila malaikat maut dating tiba-tib dihadapan kita, sudah siapkah bekal kita di dunia ini untuk mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kelak?

Ketika taqwa membujuk qalbu untuk berpihak kepada Allah, maka sang hawaa memaksanya untuk berpaling. Konflik batiniah merupakan salah satu fitrah manusia dan dengan iman dan taqwa itulah, manusia harus memenangkan pertempuran dahsya tak kenal henti.

Tiada nafas tanpa tasbih, tiada nikmat tanpa syukur, tiada permulaan amal tanpa baca basmallah, tiada pertemuan tanpa salam, tiada pembicaraan tanpa senyum dan keramahan, tiada kesalahan tanpa istighfar, tiada perselisihan tanpa islah, inilah Islam.

Wahai manusia! Ingatlah akan nikmat Allah kepadanu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia, maka mengapa kamu berpaling (dari ketauhidan) 35:3. nikmat Allah yang mankah yang kau dustakan?

Manusia diberi kebebasan untuk memilih dua jalan. Bagi orang yang memilih jalan ke neraka, maka ia akan masuk neraka. Bagi orang yang berusaha untuk menempuh jalan surga, maka dia akan masuk surga. Masuk neraka atau surga adalah pilihan manusia. Jalan menuju neraka atau surga adalah ketetapan Allah SWT.

Dengan qalbu, Allah ingin memanusiakan manusia, memuliakan dari segala makhluk yang diciptakanNya. Sebaliknya, karena qalbu pula, manusia membinaangkan dirinya sendiri. Qalbu merupakan padang pertempuran yang paling dahsyat, dimana kebenaran akan selalu bertempur dengan kebathilan, cahaya berhadapan dengan kegelapan.

Bangun motivasi anda karena anda adalah makhluk Allah yang sempurna dan anda adalah wakil Allah di dunia. Raihlah cita-cita dan harapan anda dengan kemauan yang kuat membara.

Kematian itu pasti dating kepada setiap orang. Entah dia zalim ataupun yang dizalimi, yang kuat maupun yang lemah, yang kaya maupun yang miskin. Kematian yang akan anda hadapi nanti bukan sesuatu yang baru. Kerena orang-orang sebelum dan setelah anda juga pasti mati. Sudah siapkah bekal anda menghadapi kematian?

Cintailah orang yang anda cintai sesuai dengan kadarnya, sebab bisa saja suatu hari nanti dia menjadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sesuai dengan kadarnya, sebab bisa saja suatu hari nanti dia menjadi orang yang anda cintai. Hadist rasul.

Jika yang memberi rizki adalah Allah, mengapa manusia harus menjilat dan mengapa harus merendahkan diri dihadapan orang lain hanya karena ingin mendapatkan rezeki dari sesame manusia?

Kebahagiaan, kedamaian, dan ketentraman hai senantiasa berawal dari ilmu pengetahuan. Itu terjadi karena ilmu mampu menembus yang samar, menemukan sesuatu yang hilang dan menyingkap yang tersembunyi, selain itu, naluri dari jiwa manusia itu adalah selalu ingin mengetahui hal-hal yang baru dan ingin mengungkap sesuatu yang menarik.

Berhentinya seorang mukmin dari aktifitas adalah kelalaian. Kekosongan adalah musuh yang mematikan dan kesengangan adalah sebuah kemalasan. Dan kebanyakan orang selalu gundah dan hidup dalam kecemasan adalah mereka yang terlalu banyak waktu senggangnya dan sedikit aktifitasnya.


Jika yang menghidupkan, yang mematikan, dan yang memberi rizki itu adlah Allah, lalu mengapa harus ada rasa akut kepada sesama?

Yang membuat manusia selalu suntuk dan gusar adalah sikap bergantung kepada orang lain, keinginan mencari simpati mereka, keinginan untuk dipuji, dan keinginan untuk tidak dicela. Padahal ini merupakan kelemahan dalam bangunan tauhidnya.

Hidup adalah pilihan dan setiap pilihan merupakan tanggungjawab pribadinya. Mereka tidak mungkin menyalahkan pihak manapun karena pada akhirnya semua pilihan ditetapkan oleh dirinya sendiri.

Renungan ayat 5:54, menjadikan kita memilih menjadi generasi pengganti atau yang digantikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar