Senin, 06 Juli 2009

Renungan Qu

Renungan 1 :
Ukuran benar atau salah, bukan ada pada perasaan diri. Apa yang Allah ridhai untuk saat ini? Apa yang berlaku di masyarakat ini? Siap Raja yang Haq? Siapa yang berhak disembah? Kalau bukan Allah, siapa yang akan menjadi penolong Allah? Siapa yang siap menjadi umat Rasulullah SAW saat ini? Penyakit hati bukan alasan untuk diam! Tapi, itu harus dibereskan. Jadilah generasi yang dijanjikan Allah untuk menggantikan, jangan menjadi generasi tergantikan.

Renungan 2 :
Masalah gender masalah yang senantiasa berulang dalam sejarah. Jahiliyah Mekkah sangat merendahkan perempuan. Masa itu perempuan menjadi warga kelas dua, yang bisa dibuang, dijual, diceraikan dengan mudahnya. Tidak punya hak pembelaan. Islam datang untuk membebaskan hal tersebut, menempatkan dalam tempat yang dikehendaki Allah. Kalau merujuk beberapa ayat seperti 9:67 dst, disana ada posisi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Kemungkinan beriman atau menjadi munafik sama peluangnya dalam islam, yang membedakan adalah fungsi dan peran dalam ibadah. Keharusan menjadi mukmin, muslim, dan mujahid adalah sama, adapun penciptaan nabi Adam dan hawa, keduanya prosesnya ajali bukan alami, dan hak Allah menciptakan.

Renungan 3 :
Sebagai suatu sunnatullah yang telah belaku sejak dahulu, kamu skali-kali tidak akan menemukan perubahan bagi sunnatullah (48:23). Sunnatullah adalah ketetapan Allah yang pasti berlaku di sepanjang sejarah manusia. Sunnatullah ada dalam bentuk pengaturan alam semesta, artinya seluruh alam terikat pada sunnatullah, seperti matahari terbit dan terbenam pada orbitnya. Sunnatullah bagi manusia itu yang tercantum dalam kitabullah. Barang siapa yang sesuai akan menemui kebahagiaan di dunia dan akherat, yang tidak sesuai akan menemui kesengsaraan hidup.
Sunnatullah perjuangan, ketika islam dikuasai musuh maka ajarannya akan hilang, harus muncul pelaku-pelaku yang siap menegakkannya.

Renungan 4 :
8:24 tidak terlepas dari beberapa ayat sebelumnya tentang kriteria orang yang beriman, yang mendengar dan menaati, berbeda dengan yang menentangnya. Membatasi yang dimaksud adalah hidayah, apa-apa yang sampai pada pendengaran, penglihatan atau akalnya, belum tentu akan menjadi keyakinan di kalbunya.

Renungan 5 :
Kita harus objektif sesuai Alquran dan sunnah. Kita belajar untuk benar bukan yang paling benar. Allah itu benar bukan yang paling benar, Alquran itu benar bukan kitab yang paling benar, Islam itu benar bukan yang paling benar. Kata paling benar mensyaratkan pengakuan semua benar tetapi ada yang paling benar. Berpikir plural sudah menjangkiti umat islam, sehingga sulit menentukan sikap, akhirnya mengakui semua benar, semua berjuang untuk islam.

Renungan 6 :
Filsafat adalah metodologi ilmu untuk mencari kebenaran atau hakikat dari sesuatu. Untuk memahami Alquran hanya akan sampai dengan keimanan. Al-Ghozali pernah mempelajari filsafat sampai akhirnya menuliskan buku tentang kesesatan filsafat. Kemudian beliau menulis buku menghidupkan agama, mempelajari sesuai dengan metode yang dikehendaki Allah.

Renungan 7 :
Islam butuh sosok yang kritis dan analisis dalam menguraikan permasalahan yang dihadapi, tetapi sering muncul kekritisan sesuatu yang dilarang. Harus dibedakan mana yang kritis dan merasa kritis. Tokoh Islam adalah sosok yang kritis dan mau memperjuangkan cita-cita dalam kondisi apa pun. Kalau merasa kritis itu ada permasalahan, terkadang perasaan lebih kritis menutup yang lain untuk menjelaskan lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar